MarinaTex, Plastik Ramah Lingkungan Dari Limbah Industri Perikanan

Reading time: 2 menit
Marinatex Plastik Ramah Lingkungan
Pict: Dazeen.com

Berbelanja memang merupakan hal yang paling menyenangkan bagi kebanyakan orang, tetapi tanpa disadari kegemaran berbelanja ini dapat merugikan lingkungan, mulai dari penggunaan kemasan untuk pengiriman yang terbuat dari plastik hingga proses pembuatan barang tersebut.

Plastik merupakan bahan yang luar biasa, namun karena terlena dengan plastik yang ‘luar biasa’ tersebut, mayoritas plastik yang dibuat hanya didesain untuk penggunaan produk tanpa memikirkan berapa lama umur plastik bisa terurai dan bahaya dari plastik itu sendiri.

Dilansir dari James Dyson Award, saat ini sebanyak 50 juta ton limbah dari industri perikanan diproduksi setiap tahunnya oleh industri global. Perjalanan yang dimulai dengan melihat fakta tersebut Lucy Hughes mahasiswi lulusan University of Sussex mengembangkan plastik alternatif dengan menggunakan limbah yang dihasilkan dari industri perikanan yang disebut MarinaTex.

Lucy terinspirasi setelah mengetahui statistik yang mengatakan bahwa pada tahun 2050 akan ada lebih banyak plastik di laut daripada ikan. Setelah mengetahuinya, memecahkan permasalahan tersebut mulai menjadi prioritasnya, khususnya penggunaan plastik sekali pakai.

MarinaTex

MarinaTex lebih kuat, bisa digunakan berkali-kali, dan lebih aman bagi lingkungan daripada plastik biasa serta dapat terurai dalam tempat sampah daur ulang atau kompos. Produk ini membutuhkan waktu 4 – 6 minggu untuk terurai dan dibuat untuk menjadi alternatif dari plastik sekali pakai. Lucy percaya bahwa ada nilai dalam limbah dan sumber daya yang dapat diperbarui.

MarinaTex merupakan bahan tembus cahaya dan fleksibel yang terbuat dari bahan-bahan alami serta dapat terurai secara alami. MarinaTex memiliki tekstur mirip dengan plastik. Bahan MarinaTex relatif berteknologi rendah dan tidak membutuhkan banyak energi untuk menghasilkannya. Seluruh proses produksi menggunakan suhu dibawah 100 derajat. MarinaTex tidak akan mencemari lingkungan serta materialnya yang unik yang terbuat dari limbah dapat mengurangi aliran limbah ke TPA.

“Bagi saya desain yang baik adalah sesuatu yang menjembatani kesenjangan antara perilaku, bisnis, dan planet kita,” ungkap Hughes.

Pict: jamesdysonaward.org

Pict: jamesdysonaward.org

Proses Desain

Dimulai di pabrik pengolahan dan pedagang ikan lokal, kemudian aliran limbah diidentifikasi,  bervariasi dari jeroan, darah, krustasea, kerang dan kulit, hingga sisik ikan. Dari limbah-limbah yang berbeda ini diteliti setiap komposisi dan potensi setiap limbah. Setelah diteliti, ditemukan bahwa kulit dan sisik ikan memiliki potensi didalamnya karena memiliki fleksibelitas yang memungkinkan untuk digunakan sebagai plastik. Dengan memanfaatkan sumber daya open source, Lucy mulai bereksperimen dengan berbagai pengikat organik dari laut. Dalam proses ini membutuhkan 100 percobaan berbeda untuk menyempurnakan dan mendapatkan hasil yang konstan dan seperti plastik.

Penulis: Mega Anisa

Top