Mahasiswa Asal Bandung Ciptakan Cat Tekstil dari Kunyit

Reading time: 2 menit
Mahasiswa Asal Bandung Ciptakan Cat Tekstil dari Kunyit
Mahasiswa Universitas Telkom Bandung menciptakan cat tekstil dari kunyit. Foto: Shutterstock.

“….Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman.”

Lirik lagu “Kolam Susu” oleh Koes Plus ini memang benar adanya. Sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, begitu banyak tanaman tumbuh sumbur di Indonesia. Tidak hanya sekedar tumbuh, jamak tanaman Tanah Air yang melahirkan banyak manfaat. Salah satunya adalah kunyit. Dalam satu tanaman kunyit, ada beragam khasiat. Selain untuk sebagai bahan pangan dan obat-obatan, kunyit juga pewarna alami. Pewarna alami cenderung tidak berbahaya bagi kesehatan dan ramah lingkungan.

Sebelum mengenal pewarna sintetis, bangsa Indonesia telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan menjadi pewarna alam secara turun temurun. Hal ini menginspirasi Annisa Ayuningtias dan Aldi Hendrawan, mahasiswa Universitas Telkom, Bandung. Mereka mencipatkan cat tekstil berbahan dasar kunyit. Cat tekstil ini kemudian mereka aplikasikan dengan teknik lukis pada produk fesyen.

“Dua di antara sumber daya alam tersebut adalah kunyit dan rumput laut cokelat yang telah diolah menjadi sodium alginate. Umbi kunyit mengandung zat kurkumin yang dapat menghasilkan warna kuning, sedangkan alginat berpotensi sebagai pengental untuk cat tekstil,” ungkap Annisa dan Aldi dalam jurnal Pemanfaatan Kunyit Sebagai Cat Lukis Tekstil dan Penerapannya pada Produk Fesyen.

Sebelum membuat cat tekstil, peneliti terlebih dahulu melakukan proses pre-mordanting pada kain mori primissima. Mereka merebus kain dalam larutan air, tawas, dan gliserin selama satu jam. Gliserin mereka gunakan agar kain dapat menyerap warna lebih mudah. Setelah merebus kain, mereka pun lanjut merendamnya selama satu malam. Kain ini lalu mereka bilas dan keringkan di dalam ruangan. Pre-mordanting ini bertujuan untuk mempermudah masuknya zat warna pada kain, sehingga menghasilkan warna yang lebih pekat serta tahan luntur.

“Zat warna alam menjadi lebih tahan luntur jika kain terlebih dahulu melewati proses pre-mordanting sebelum dilukis dengan cat yang dicampur dengan zat mordan, kemudian dilanjutkan dengan proses post-mordanting,” kata kedua mahasiswa.

Baca juga: SunToWater, Unit Penghasil Air Minum dari Udara

Cat Tekstil Kunyit Campurkan Berbagai Bahan Alami

Annisa dan Aldi mengolah kunyit dengan dua cara. Pertama, mereka mengeringkan kunyit segar kemudian menjadikannya bubuk. Cara kedua, yakni mengendapkan pati kunyit hingga kering lalu berubah jadi bubuk. Bubuk kunyit menghasilkan warna yang cenderung pucat namun merata. Sodium dan alginat berfungsi sebagai bahan pelarut.

Mordan untuk campuran bahan zat menggunakan sari jeruk nipis, larutan kapur sirih, larutan garam, dan larutan tunjung. Peniliti menggunakan Mordan untuk menghasilkan nuansa warna yang lebih beragam. Jeruk nipis menghasilkan warna kuning cerah, larutan kapur sirih menghasilkan warna kemerahan, dan larutan tunjung menghasilkan warna cokelat, dan larutan garam menghasilkan warna cokelat muda kemerahan.

Untuk mendapatkan hasil terbaik, peneliti mengaplikasikan cat pada kedua sisi. Proses selanjutnya adalah penggunaan zat mordan pada tahap post-mordanting untuk mengunci warna pada kain. Duo peneliti menggunakan zat mordan berupa tawas, tunjung, dan kapur sirih dengan teknik oles, celup, dan ciprat.

“Kunyit memiliki sifat peka terhadap perubahan tingkat keasaman dan dapat berubah warna jika terkena zat-zat tertentu, salah satunya adalah keringat. Selain itu, cat tekstil berbahan dasar kunyit ini pun sulit digunakan untuk melukis detail-detail terlalu kecil,” ungkap keduanya.

Kedua mahasiswa asal Bandung ini memilih produk outerwear karena memiliki permukaan yang cukup luas sehingga detail lukisan tidak akan terlalu kecil dan dapat dibuat dengan mudah serta tidak langsung bersentuhan dengan kulit.

Penulis: Mega Anisa

Editor: Ixora Devi

Top