Kertas merupakan alat yang seringkali dibutuhkan manusia dalam berbagai kegiatan. Namun, penggunaan kertas yang tinggi akhirnya berdampak bagi sumber utama pembuatan kertas, yaitu kayu. Kayu yang dipilih untuk pembuatan kertas biasanya merupakan kayu dari pohon kayu lunak dan keras. Sementara, jika pengambilan sumber daya alam seperti kayu terus dilakukan tanpa melakukan reboisasi, bagaimana nasib pohon di masa depan?
Pada 2019, di Laboratorium IPA dan Teknik Mesin, mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari, Tebuireng Jombang, menciptakan sebuah ide kertas kemasan berbahan dasar limbah. Kertas tersebut dibuat dari limbah kulit jagung dan ampas tebu. Selain keterbatasan bahan baku kertas dan permintaan yang tinggi, jumlah limbah jagung dan tebu yang meningkat juga menjadi latar belakang terciptanya ide ini.
Baca juga: Pengeras Suara dari Limbah Gulungan Kertas
Saat memakan jagung, kulit yang menjadi lapisan terluar jarang dimanfaatkan dan cenderung dibuang begitu saja. Sama seperti ampas tebu yang juga jarang, keduanya ternyata bisa diolah menjadi produk berguna. Limbah kulit jagung dan ampas tebu dipilih karena memiliki kadar serat selulosa yang cukup tinggi sehingga memenuhi syarat bahan baku pembuatan kertas.
Untuk membuat kertas kemasan ramah lingkungan ini dibutuhkan tambahan bahan lain seperti kertas bekas, lem kayu, dan kanji. Proses pembuatannya diawali dengan mengeringkan kulit jagung dan ampas tebu. Proses kemudian dilanjutkan dengan menggiling bahan menggunakan blender untuk mempermudah pembuatan kertas. Selanjutnya, kedua bahan yang telah menjadi serbuk dimasak dan ditambah kanji, lem perekat, dan air. Tepung kanji dan lem kayu berfungsi untuk menyatukan dan merekatkan ikatan pada serat sehingga akan membuat ikatannya semakin baik. Terakhir, seluruh bahan dicetak dan dijemur di bawah sinar matahari.
Jika ditinjau dari penggunaan bahan baku, proses pembuatan, dan pemakaiannya, kertas organik ini memiliki tingkat biodegradabilitas yang tinggi hingga 50 persen sehingga tidak sulit untuk terurai oleh mikroba dalam tanah. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi industri kertas bahwa limbah kulit jagung dan ampas tebu yang biasanya terbuang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas kemasan ramah lingkungan.
Baca juga: CupKita, Gelas Pakai Ulang Pertama di Indonesia
Pencampuran kedua limbah kulit ini juga memengaruhi daya tarik kertas kemasan. Dengan perbandingan 1:3 antara kulit jagung dan ampas tebu membuat daya tarik kertas ini cukup tinggi sehingga tidak mudah sobek. Namun, untuk membuat daya tarik yang lebih tinggi, perlu diperhatikan beberapa hal seperti panjang serat, proses pembuatan, juga kandungan selulosa agar sesuai.
Inovasi kertas ini juga memiliki tingkat elastisitas yang tinggi sehingga tidak mudah putus. Untuk mendapatkan hasil yang optimal perlu memerhatikan proses pencetakan agar memiliki ketebalan yang telah ditetapkan dan juga tingkat kehalusan bubur kertas yang dipakai. Semakin halus bubur kertas tersebut, semakin tinggi tingkat elastisitas yang didapatkan.
Penulis: Krisda Tiofani