“Less is More”. Ungkapan arsitek Ludwig Mies van der Rohe dahulu mungkin hanya digunakan sebagai falsafah dalam mengembangkan seni arsitektur bergaya minimalis. Ide yang sama kini diadaptasi ke persoalan lingkungan hidup, bahwa ruang terbatas bukanlah halangan untuk bisa hidup secara berkelanjutan.
Salah satu keterbatasan di ruang yang kian sempit adalah berkebun. Persoalan utama tentu saja tidak adanya lahan yang kian hari telah disulap menjadi rumah-rumah, hingga gedung-gedung menjulang.
Keterbatasan tersebut, oleh Florian Wegenast telah diakali. Lulusan Central Saint Martins, Inggris, ini mendesain furnitur yang juga bisa berperan sebagai pot tanaman. Proyek tersebut telah diperkenalkan dalam rangkaian acara Dutch Design Week 2017 lalu.
“Banyak dari kita yang tidak memiliki halaman rumah,” ujar Wegenast seperti dilansir dalam situs Dezeen. “Tujuan saya adalah dengan furnitur berdesain terbuka ini, masyarakat dapat tergerak untuk menjadikan desain ini sebagai alat, dan membuka interaksi baru antara manusia, tumbuhan, dan rumah.”
Dua furnitur terbaru Wegenast dibuat dari terrazzo dan plywood – kombinasi yang dia pilih untuk membuat furniturnya lebih tahan air.
Dudukan kursi tanpa sandaran dibuat dari dua lapis plywood. Lalu diatasnya diberi alas terrazzo. Didalamnya, Wegenast memberikan pot berbahan terrazzo yang bagian bawahnya telah dipotong sehingga bisa dipasang di dalam kursi.
Kursi ini sepaket dengan dua kursi panjang. Satu kursi didesain memiliki kompartemen-kompartemen kecil yang bisa diisi tanaman di salah satu sisinya, kursi kedua memiliki ruang untuk dipasangi terrazzo bagian bawah dan rangkanya. Semua karya Wegenast dipasang tanpa menggunakan paku, lem, atau alat-alat perekat lainnya.
Penulis: MFA/G41