Kaus Ini Dapat Mendeteksi Polusi Karbon Monoksida

Reading time: 2 menit
karbon monoksida
Foto: inhabitat.com

Karbon monoksida (CO) dikenal sebagai “silent killer” karena tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan sangat berbahaya. Bila tidak ditangani secara serius gas ini mampu menyebabkan kematian. Karbon monoksida dapat terikat erat dalam hemoglobin darah dan ikatan tersebut 200 kali lebih kuat dibandingkan ikatan oksigen. Gas karbon monoksida akan ikut mengalir bersama darah ke seluruh bagian tubuh, sehingga akan menyebabkan kerusakan sel dan jaringan karena kekurangan oksigen.

Karbon monoksida umumnya dihasilkan melalui pembakaran gas, minyak, petrol, bahan bakar padat atau kayu. Terbentuknya gas CO ini berasal dari kebakaran, tungku, pemanas, oven dan mesin. Gejala awal yang mungkin muncul setelah keracunan karbon monoksida seperti sakit kepala dan pusing yang tak tertahankan, sakit perut, rasa mual, pusing dan muntah-muntah, sesak napas, mengantuk dan rasa lemas yang kuat.

Melihat permasalahan polusi udara ini, dua orang alumni lulusan New York University bernama Nien Lam dan Sue Ngo membuat kaus yang dapat mendeteksi cemaran karbon monoksida. Kaus yang disebut Warning Signs ini diciptakan untuk memvisualisasikan pencemaran karbon monoksida di lingkungan sekitar. Terciptanya kaus ini bertujuan untuk mengimbau masyarakat agar lebih mewaspadai bahayanya polusi udara terutama bagi kesehatan.

“Polusi udara adalah masalah yang ada di sekitar kita dan tidak bisa dianggap remeh. Secara kasatmata kita tidak dapat melihat polusi udara sehingga dengan adanya kaus prototipe ini kita bisa mengetahui kondisi udara di sekitar,” ujar Nien dan Sue seperti dilansir pada laman inhabitat.com

kaus pendeteksi

Gambar organ pada kaus “Warning Signs” akan berubah warna bila mendeteksi polusi udara. Foto: inhabitat.com

Kaus Warning Signs ini didesain dalam dua gambar yaitu organ jantung dan paru-paru. Warning Signs terbuat dari benang konduktif dan kain termokromik. Kedua material ini mempunyai sensor elektrik yang peka terhadap suhu dan akan berubah warna ketika bersinggungan dengan arus listrik. Cara kerja kaus ini adalah ketika kaus mendeteksi tingkat keluaran gas karbon monoksida di atas rata-rata, maka gambar organ pada kaus yang mulanya berwarna merah muda lambat laun berubah menjadi warna biru.

Sensor pada kaus akan mendeteksi cemaran karbon monoksida yang dihasilkan dari asap lalu lintas, asap rokok atau sistem pemanas yang rusak. “Ini mengejutkan beberapa perokok saat kami menggunakan kaus Warning Signs ini dalam uji coba,” ungkap kedua orang yang mengikuti program telekomunikasi interaktif di Tisch School of the Arts New York.

Tidak hanya membuat kaus pendeteksi polusi karbon, Nien dan Sue juga bereksperimen membuat kaus pendetektor minuman keras. Kaus pendeteksi ini rencananya menggunakan sistem sensor microcontrollers. Nien dan Sue mengklaim bahwa kaus ini dapat mendeteksi seberapa mabuknya seseorang ketika mengonsumsi minuman beralkohol. “Jika kamu sedang mengonsumsi minuman beralkohol maka sensornya akan bekerja, kemudian gambar organ pada desain kaus perlahan berubah,” pungkas Sue.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top