Bila Anda penonton setia drama Korea, pastinya Anda pernah menyaksikan karakter kesayangan Anda menggunakan meja makan lipat di rumahnya. Meja makan ini begitu fleksibel karena dapat disimpan di sudut ruangan ketika tidak digunakan. Tidak hanya di Korea, warga Indonesia pun mulai menggemari meja makan lipat. Sama halnya dengan peneliti muda dari Surabaya berikut ini.
Dalam Perancangan Desain Produk Meja Makan Menggunakan Limbah Tebu dengan Konsep Space Saving, Puguh Amin Murtado, menuliskan penelitiannya yakni meja berkonsep space saving berbahan limbah ampas tebu. Puguh memilih konsep meja lipat karena lebih efisien dan fleksibel.
“Meja makan yang dibuat menggunakan konsep space saving, menggunakan sistem lipat. Bentuk persegi akan memudahkan produksi, menghemat ruang, serta memudahkan proses pembuatan dibanding bangun datar lainnya,” tulis alumni Universitas Dinamika Surabaya ini.
Baca juga: Desainer Belanda Sulap Limbah Surat Kabar Menjadi Kayu
Tidak hanya menciptakan meja fleksibel, Puguh juga menggunakan bahan inovatif. Dia memilih ampas tebu. Ampas tebu merupakan limbah berbentuk serat yang diperoleh dari sisa tanaman tebu setelah diekstrak.
“Ampas tebu cukup jarang dimanfaatkan dan berakhir menjadi limbah organik. Padahal, serat tebu memiliki kandungan kayu sekitar 35-40 persen,” tulisnya.
Meja Lipat untuk Hunian Minimalis
Dalam pembuatan meja ampas tebu ini, bahan lain yang dicampurkan yakni lem putih dan resin bening. Bahan ini digunakan agar kayu daur ulang mencapai kekokohan yang dibutuhkan.
“Hasil pencampuran ampas tebu dengan lem putih dan penambahan sedikit resin menjadikan sifat papan kuat. Saat papan dibanting dan dilubangi dengan paku maupun bor akan tetap keras tidak mudah pecah,” tulis Puguh.
Baca juga: Kreasi Tas Pesta dari Limbah Kain Satin
Ampas tebu yang sudah halus dicampur dengan lem putih menggunakan persentase 60% untuk ampas tebu dan 25% untuk lem putih. Pencampuran kedua bahan kemudian dicetak pada bidang berukuran 60×60 cm dan 40×60 cm sebelum dijemur kembali.Pada proses terakhir, dipasang alat-alat penting lainnya seperti engsel, roda dan pengecatan.
“Penggunaan engsel dan roda pada meja makan ditujukkan untuk memudahkan penggunaan meja baik saat akan dipakai atau dilipat. Sementara, pada kaki meja makan tetap menggunakan kayu yaitu jenis kayu jati belanda yang merupakan kayu bekas peti kemas barang impor,” tuturnya.
Puguh mengklaim meja lipat kreasinya tidak kalah kuat dari meja makan pada umumnya. Ia membanderol meja ciptaannya Rp 1.000.000. Menurutnya, meja lipatnya paling cocok digunakan untuk hunian dengan konsep minimalis.
Penulis: Krisda Tiofani
Editor: Ixora Devi