Industri tekstil merupakan salah satu penyumbang polusi terbesar di planet ini. Prihatin akan hal tersebut, seorang desainer asal Denmark, Bonnie Hvillum, berinisiatif untuk menciptakan kain berkelanjutan yang tidak biasa. Baru-baru ini, ia telah berkolaborasi dengan studio Frama untuk menghadirkan kain yang sepenuhnya terbuat dari ganggang dan tanah liat.
Bersama dengan studio Frama, Bonnie menciptakan dua kain berkelanjutan bernama Alger dan Terracota. Alger merupakan kain berbahan dasar ganggang dan spirulina, sedangkan Terracota merupakan kain berbahan polimer nabati dan berpigmen tanah liat. Kedua kain tersebut sama-sama bersifat mudah terurai dan akan hancur dalam waktu tiga bulan setelah terkena tanah serta bakteri hidup.
“Ide untuk membuat kain berkelanjutan dari ganggang merupakan ide yang sudah lama saya pikirkan. Namun membuat kain dari tanah liat, itu merupakan ide yang sangat impulsif,” tutur Bonnie seperti dilansir dari Dezeen.
Ada beberapa tahapan proses yang harus Bonnie lewati untuk menciptakan kain berkelanjutan dari ganggang dan tanah liat. Setelah mencampur bahan-bahan tersebut dengan zat pengikat dan pelembut alami, Bonnie membentuk campuran tersebut hingga menjadi suatu lembaran. Lembaran tersebut ia keringkan selama beberapa hari dan kain pun siap untuk digunakan. Setiap proses pembuatan kain ia kerjakan secara manual dengan tangan.
Berpenampilan Nyentrik dan Apa Adanya
Seluruh koleksi kain berkelanjutan yang Bonnie ciptakan memiliki penampilan yang tidak biasa karena sepenuhnya terbuat dari bahan alami. Tiap lembar kain dibiarkan terlihat apa-adanya tanpa ada tambahan pewarna kimia apapun. Hal tersebut menjadikan setiap kain terlihat nyentrik dan menarik.
“Ganggang dalam kain berkelanjutan yang kami ciptakan tetap hidup dan menghirup udara. Bahan tersebut akan memberikan pigmentasi alami pada kain dan juga memberikan corak yang terlihat seperti jamur,” ujar Bonnie. “Setiap kain bersifat istimewa dan sangat individual, karena tidak ada satupun kain yang terlihat sama persis.”
Bonnie menjelaskan, bahwa kain berkelanjutan yang ia ciptakan memiliki potensi besar untuk mengurangi polusi tekstil global. Meskipun demikian, masih banyak hal yang perlu ia kembangkan agar hal tersebut dapat terjadi. Bonnie mengakui bahwa kain ciptaannya masih belum memenuhi kualitas standar, namun ia berusaha untuk terus melakukan riset serta uji coba dalam meningkatkan kualitas kain.
“Ini masih merupakan tahap awal, dan kami akan terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi. Untuk saat ini, setidaknya kami tahu bahwa ganggang dan tanah liat rupanya berpotensi untuk diolah menjadi kain berkelanjutan,” kata Bonnie.
Sebagai informasi. kain dari ganggang dan tanah liat bukanlah satu-satunya produk berkelanjutan yang Bonnie ciptakan dengan menggunakan bahan tidak biasa. Selain kain berkelanjutan, ia juga telah menghadirkan produk unik lainnya seperti keramik dari limbah kerang dan pakaian dari arang aktif.
Sumber: