Jembatan penyeberangan orang di Indonesia seringkali fungsinya sebatas media untuk papan iklan raksasa. Sementara fungsi utamanya, yaitu untuk pejalan kaki menyeberangi jalan raya tidak terlaksana. Kondisinya pun acap kali kurang terawat dan pejalan kaki lebih menyukai menyeberang jalan langsung.
Kecenderungan menyeberang jalan raya sembarangan dapat diredam dengan pendekatan desain. Ambil contoh jembatan penyeberangan yang berada di Villetaneuse, pinggir kota Paris.
Foto: Cyril Sancereau/www.inhabitat.com
DVVD, pengembang proyek jembatan di Villetaneuse, membangun jembatan penyeberangan khusus untuk pejalan kaki. Dua jalur kereta api membelah Villetaneuse menjadi dua. Jembatan penyeberangan ini berfungsi untuk menghubungkan satu tempat ke tempat lain di kota kecil tersebut, sekaligus juga menjadi jalur masuk menuju ke stasiun kereta api.
Jembatan Villetaneuse terbuat dari material baja dan kayu. Bentuknya yang seolah-olah muncul dari tanah dan bergulung seperti tunas yang tumbuh membuat jembatan ini memenangkan Architizer A + Juri dan Popular Vote Award pada kategori Arsitektur + Mobility di tahun 2013.
Panjang jembatan ini 156 meter dengan lebar 8 meter. Tidak hanya pejalan kaki yang dapat melaluinya dengan tenang dan nyaman, para pesepeda juga diperbolehkan melintas di Jembatan Villetaneuse.
Foto: Cyril Sancereau/www.inhabitat.com
Bila dilihat dari kejauhan, jembatan Villetaneuse yang lantainya dominan kayu ini berbentuk seperti terowongan yang sobek di bagian tepinya. Bentuknya melengkung dan sedikit tak biasa jika dibandingkan dengan jembatan penyeberangan pada umumnya. Bagian yang tertutup pada jembatan tersebut berfungsi untuk melindungi pejalan kaki dari efek goncangan dan kebisingan kereta api.
Rasa-rasanya, pengalaman arsitektur dan desain yang unik pada jembatan Villetaneuse dapat diaplikasikan di Indonesia. Desain yang baik dan fungsional memotivasi para penyeberang dan pejalan kaki di negara ini untuk mau berjalan kaki lebih jauh.
Penulis: NW/G15
Sumber: www.inhabitat.com
21 Apr 2024 
