Upcycling, sebuah istilah yang muncul di abad 21, dicetuskan oleh seorang penulis buku Cradle to Cradle, William McDonough dan Michael Braungart. Ide dasar upcycling, yakni mengubah sampah menjadi produk yang bermanfaat, dengan cerdas diwujudkan pada tahun 1963 dalam produk Heineken WOBO (World Bottle). Ide ini dicetuskan oleh Alfred Heineken dan arsitek Belanda John Habraken, dengan desain ramah lingkungan.
Mr. Heineken terinspirasi dari kunjungannya ke Karibia dimana ia melihat ada 2 masalah, yaitu pantai-pantai yang dikotori oleh botol bekas dan ketiadaan material bangunan yang murah dan berkualitas. Lalu WOBO menjadi visinya untuk menyelesaikan kedua masalah tersebut, yakni tantangan pengolahan sampah dan pemukiman yang ia lihat di pulau tersebut.
Desain final WOBO terdiri dari dua ukuran, versi 350 dan 500 mm, yang nantinya diletakan dalam posisi horizontal, dipasang dengan cara yang sama seperti konstruksi batu bata dan semen. Pada produksi tahun 1963 yang menghasilkan 100.000 botol, sebagian diantaranya digunakan untuk membangun gudang kecil di rumah Mr. Heineken di Noordwijk, Belanda.
Salah satu tantangan dalam proses pembangunan tersebut adalah, “bagaimana caranya agar bagian sudut dan bagian terbuka bangunan bisa dibuat tanpa memotong botol-botol tersebut,” kata Mr. Habraken.
Dibalik kesuksesan proyek WOBO pertama, perusahaan Heineken tidak mendukung WOBO dan ide tersebut seakan mati suri. Daya tarik dari WOBO sempat hidup kembali pada tahun 1975 ketika Martin Pawley mempublikasi Garbage Housing yang mana terdapat halaman ‘WOBO: Sebuah Pesan Dalam Botol.’
Heineken sekali lagi mendekati Habraken dan timnya, Rinus van den Berg, seorang desainer, dan mendesain sebuah bangunan yang menggunakan drum minyak sebagai kolom, atap bis Volkswagen untuk atapnya dan botol WOBO untuk dindingnya, namun struktur bangunan itu hingga sekarang tidak pernah terwujud.
Saat ini, gudang kecil di rumah Heineken dan sebuah dinding terbuat dari WOBO di Museum Heineken di Amsterdam adalah satu-satunya bangunan yang menggunakan ‘bata botol bekas bir‘. Di Indonesia, ide desain ini sudah diterapkan. Misalnya, bangunan Rumah Botol di Bandung dan Green Building Rasuna Epicentrum di Jakarta karya Ridwan Kamil. Semua bangunan ini menggunakan ‘bata botol bekas’.
Mengenai botol WOBO lainnya, masih belum jelas ada berapa yang tersisa dan dimana lokasinya, namun idenya, bahkan setelah beberapa dekade berlalu, tetap menjadi inovasi cerdas.
(G33)