Sisa makanan yang tidak habis termakan biasanya terbuang begitu saja ke tempat sampah. Namun di tangan desainer asal Austria bernama Barbara Gollackner, limbah makanan itu dapat berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Ia berhasil “menyulap” limbah makanan menjadi peralatan makan unik dan berbeda dari yang lain.
“Ide untuk menciptakan peralatan makan dari limbah makanan muncul ketika saya mengetahui bahwa rata-rata penduduk Eropa membuang 90 juta ton makanan setiap tahun. Pada saat yang sama, mereka juga menghasilkan sekitar 30 juta ton sampah dari alat makan sekali pakai. Maka dari itu, saya berpikir untuk ‘menghubungkan’ dua masalah ini dan mencoba mengatasinya dalam satu solusi,” ungkap Barbara dalam Dezeen.
Dengan memanfaatkan limbah makanan, Barbara menciptakan peralatan makan berupa mangkuk, piring dan gelas. Ia juga menciptakan benda lainnya seperti sendok dan alas gelas.
Untuk membuat benda-benda tersebut, Barbara bekerja sama dengan para koki dan pemilik restoran untuk mendapatkan limbah makanan. Selain itu, ia juga mengumpulkan limbah makanan yang berasal dari sampah rumah tangga.
Untuk mengolah limbah makanan menjadi peralatan makan, tentunya ada serangkaian proses yang harus dilewati. Limbah makanan yang telah terkumpul harus melewati proses pengeringan terlebih dahulu. Setelah itu, limbah makanan akan dihancurkan dan diolah menjadi pasta halus dengan menambahkan miselium sebagai bahan pengikat.
Terkadang Barbara menambahkan air dan remah roti ke dalam campuran pasta. Campuran tersebut nantinya akan Barbara olah sedemikian rupa dengan menggunakan mesin cetak tiga dimensi.
Peralatan Makan Berdesain Minimalis
Peralatan makan karya Barbara tidak memiliki desain seperti alat makan pada umumnya. Ia terlihat begitu unik, rustic dan juga minimalis. Meskipun demikian, alat makan berbahan limbah makanan tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dan dapat kita gunakan sekali atau beberapa kali.
“Desainnya sengaja saya buat dengan bentuk yang sangat sederhana. Peralatan makan ini masih berada dalam tahap pengembangan dan kami masih bereksperimen dengan konsistensi pasta yang tepat. Kami ingin menghadirkan peralatan makan yang lebih tahan lama lagi dan kami akan terus mencoba,” papar Barbara.
Dengan membuat koleksi peralatan makan dari limbah makanan, Barbara membuktikan bahwa limbah makanan sesungguhnya dapat diolah kembali menjadi sesuatu yang bernilai.
Ia juga menunjukkan bahwa limbah makanan tidak harus selalu diolah kembali menjadi pupuk kompos. Dengan kreativitas yang tidak terbatas, limbah makanan dapat kita olah menjadi apapun yang kita inginkan.
Sebagai informasi, Barbara bukanlah satu-satunya desainer yang berupaya untuk mengolah kembali limbah makanan menjadi sesuatu bernilai guna. Beberapa desainer juga berhasil memanfaatkan limbah makanan dengan mengolahnya kembali menjadi face shield, pembungkus makanan, hingga pakaian.
Penulis: Anggi R. Firdhani
Sumber: