Sejak 11 September 2001, kebijakan Amerika Serikat (AS) dalam memerangi teroris telah meningkat secara signifikan. Independent melansir, pada 2005 AS telah meningkatkan permintaan butir peluru kaliber kecil sebanyak 1,8 milyar butir; dua kali lipat lebih banyak dari lima tahun lalu. Permintaan tersebut digunakan untuk latihan militer dan operasi militer di Afghanistan dan Irak.
Dalam latihan atau operasi militer – khususnya di AS, ratusan atau ribuan selongsong peluru berserakan dan menjadi sampah di tanah. Karena tidak ada cara efisien dalam membersihkan selongsong tersebut, mereka tidak dibersihkan sehingga menimbulkan potensi pencemaran lantaran karat atau unsur metal yang dapat mencemari tanah dan air tanah.
Paham akan hal tersebut, Departemen Pertahanan (Dephan) AS mengajukan proposal pengadaan peluru biodegradable atau dapat terurai secara alami, yang berisi bibit tanaman khusus yang mampu tumbuh untuk menghancurkan sisa selongsong dan material-material yang berisiko mengkontaminasi lingkungan.
Live Science melansir, material peluru “ramah lingkungan” tersebut akan menyerupai plastik biodegradable yang digunakan untuk botol dan kontainer plastik. Menurut US Army Corps of Engineers’ Cold Regions Research and Engineering Laboratory, material tersebut telah dikembangkan kedalam komposit yang nantinya akan ditanamkan bibit tanaman tertentu.
Dalam proposal tersebut, bibit tanaman yang tumbuh dari selongsong peluru bisa digunakan untuk menyuburkan tanah dan menjadi pangan satwa liar. Proposal tersebut akan terus dikaji hingga 8 Februari 2017 mendatang.
Penulis: MFA/G41