(Greeners) – Teknologi ramah lingkungan perlu didukung dan dikembangkan, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif. Jika selama ini plastik banyak terbuang setelah tugasnya menjadi pembungkus selesai, kenapa tidak memaksimalkannya menjadi bahan bakar?
Sebuah perusahaan manufaktur asal Jepang, Innoshimakikai Co., Ltd., mengembangkan bahan bakar dari plastik yang disebut CPF (Cubic Plastic Fuel). Plastik yang digunakan untuk CPF adalah plastik-plastik yang tidak bisa didaur ulang. Plastik ini biasanya ditimbun begitu saja di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Hiroyuki Murakami, Executive Vice President dari IKC Co., Ltd., perusahaan distributor Innoshimakikai, hadir dalam acara Indonesia RECP Forum dan Expo 2017 yang berlangsung di gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, beberapa waktu lalu, untuk menjelaskan inovasi ini.
Murakami menjelaskan bahwa untuk membuat CPF, limbah plastik yang dikumpulkan harus dipilah terlebih dahulu. Limbah plastik ini bisa berupa ban bekas bekas, film, kontainer plastik, bungkus kemasan, dan limbah plastik lainnya.
Limbah plastik tersebut kemudan dimasukkan ke dalam mesin berukuran besar. Mesin ini tersusun atas dua mesin, yaitu mesin penghancur (crusher) dan mesin pres atau pencetak. Oleh mesin penghancur, limbah plastik dihancurkan hingga berukuran 150 milimeter, kemudian dihancurkan kembali hingga berukuran kurang dari 50 milimeter. Ukuran ini merupakan standar yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang.
Setelah itu, hasil cacahan plastik tersebut dimasukkan ke dalam mesin pres dan dikemas dalam bentuk kubus. Keenam sisinya dibungkus plastik agar cacahan plastik tidak berserakan dan tidak mudah terbakar. Setiap kubus plastik ini dibentuk dengan ukuran 1×1 meter dengan berat 400-500 kilogram.
“Di Jepang, pemanfaatan CPF kini menguasai 30 persen pasar kebutuhan bahan bakar dari plastik. Kubus plastik ini telah digunakan sebagai bahan bakar di pabrik kertas dan semen,” kata Murakami. Diperkirakan setiap CPF mampu menghasilkan 5.000-6.000Kcal (kilocalorie).
Murakami menyatakan bahwa CPF bisa dikategorikan bahan bakar ramah lingkungan. Pasalnya, dalam proses pembuatannya tidak menggunakan api atau tidak dibakar. Ia juga mengklaim perusahaannya menjadi penyedia CPF nomor satu di dunia dengan pasar tertinggi adalah Filipina. Oleh karena itu, bulan lalu mereka membuka perusahaan baru di Filipina dan menyediakan mesin yang sama di sana.
Penulis: Renty Hutahaean