Tim peneliti dari Institut Penelitian Tekstil dan Pakaian Hong Kong (HKRITA) telah bekerja sama dengan perusahaan mode ternama H&M untuk menciptakan inovasi luar biasa yang dapat mengurangi emisi karbon. Baru-baru ini, mereka telah menghadirkan apron atau celemek “ajaib” yang dapat menyerap karbon dioksida di udara. Setiap celemek mampu menyerap sekitar sepertiga dari jumlah total karbon dioksida yang diserap oleh satu pohon per hari.
“Celemek kami memang belum bisa menyerap karbon dioksida dalam jumlah yang besar. Namun ini merupakan salah satu cara yang mudah dan murah untuk mengurangi emisi karbon dioksida di udara,” jelas CEO HKRITA, Edwin Keh, dalam Euronews.
Untuk membuat celemek inovatif tersebut, tim peneliti HKRITA dan H&M memanfaatkan kapas organik sebagai bahan dasar. Kapas tersebut mereka olah dengan menggunakan larutan yang mengandung amina, sehingga kapas dapat menyerap karbon dioksida yang ada di sekitarnya. Karbon dioksida yang tertangkap akan tersimpan pada permukaan celemek itu sendiri.
“Karbon dioksida yang terserap dapat kita manfaatkan untuk menutrisi tanaman. Melepaskan kembali karbon dioksida yang telah terserap dapat kita lakukan dengan memanaskan celemek pada suhu 30 hingga 40 derajat Celsius,” ujar Edwin.
Saat ini, celemek inovatif tersebut masih berada dalam tahap pengembangan dan uji coba. Edwin dan tim peneliti lainnya masih mencoba menemukan cara lain untuk memanfaatkan karbon dioksida yang sudah terserap.
Tidak Hanya Celemek
Selain celemek, terdapat juga beberapa inovasi mutakhir lainnya yang mampu mengurangi emisi karbon dioksida di udara. Salah satunya yakni Celour, cat dinding ciptaan desainer bernama Kukbong Kim. Tidak seperti cat dinding pada umumnya, cat dinding Celour dapat menyerap karbon dioksida dan dapat menyimpannya hingga ribuan tahun lamanya. Cat tersebut terbuat dari bahan-bahan sisa seperti bubuk beton bekas.
Tidak hanya itu, peneliti lain dari Korea Selatan juga berhasil menciptakan inovasi hebat yang dapat menyerap karbon dioksida. Mereka telah menciptakan penyerap karbon dioksida dengan memanfaatkan ampas kopi. Ampas kopi diolah kembali dengan menggunakan larutan potasium hidroksida dan dipanaskan dalam suhu 65 derajat Celsius.
Penulis: Anggi R. Firdhani
Sumber: