Pada bulan Desember lalu, para peneliti dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura telah menciptakan baterai futuristik yang tidak biasa. Tidak seperti baterai pada umumnya, mereka berhasil menghadirkan baterai masa depan yang tipis dan ringan layaknya kertas. Setiap baterai hanya memiliki ketebalan 0,4 milimeter dan berukuran 4 x 4 sentimeter.
Meskipun tipis dan ringan, baterai futuristik tersebut tetap memiliki komponen yang lengkap layaknya baterai konvensional. Setiap baterai terbuat dari kertas selulosa dan memiliki anoda serta katoda, yakni terminal negatif dan positif pada baterai. Elektrolit mengalir di antaranya dan reaksi elektrokimia untuk menghasilkan energi listrik akan terjadi dalam baterai tersebut.
Anoda dan katoda pada baterai futuristik dicetak pada sisi berlawanan dari kertas selulosa. Untuk meningkatkan daya tahan baterai dan menutup celah pada serat kertas, para peneliti menambahkan hidrogel pada baterai tersebut. Hidrogel pada baterai juga berfungsi sebagai pemisah yang dapat mencegah katoda dan anoda bercampur dan juga dapat mencegah terjadinya korsleting.
Meskipun berukuran tipis, baterai futuristik tersebut dapat berfungsi layaknya baterai biasa. NTU menjelaskan dalam situs resmi mereka bahwa baterai tersebut dapat diintegrasikan pada beragam perangkat elektronik, seperti smartphone atau sensor biomedis. Baterai tersebut juga bersifat fleksibel sehingga mudah untuk kita gunakan. Sejauh ini, baterai kertas dapat menyalakan perangkat elektronik selama kurang lebih 45 menit.
Baterai Futuristik: Dapat Terurai dalam Satu Bulan
Tak hanya berukuran tipis dan ringan, baterai futuristik ciptaan para peneliti NTU juga bersifat ramah lingkungan. Baterai tersebut bersifat biodegradable atau dapat terurai dengan mudah di tanah. Setelah masa pakainya habis, baterai tersebut akan sepenuhnya terurai secara alami dalam waktu satu bulan.
Para peneliti menemukan bahwa kertas selulosa dan hidrogel pada baterai yang mereka ciptakan akan mulai terurai dalam waktu dua minggu. Setelah itu, komponen anoda dan katoda pada baterai futuristik juga akan terurai menjadi mineral tidak beracun.
“Ketika proses penguraian terjadi, bahan nikel atau mangan yang digunakan dalam katoda akan tetap dalam bentuk oksida atau hidroksidanya, yang mendekati bentuk mineral alami,” ujar salah satu peneliti, Fan Hongjin, dalam Mothership.
Fan mengungkapkan, seng yang terdapat dalam anoda juga akan teroksidasi secara alami untuk membentuk hidroksida yang tidak beracun.
Karena mudah terurai dan tidak menghasilkan zat beracun, para peneliti meyakini bahwa baterai ciptaan mereka dapat mengurangi tumpukan limbah elektronik. Para peneliti juga meyakini bahwa baterai futuristik yang mereka ciptakan dapat mengurangi pemborosan pada konsumen. Setiap proses pembuatan baterai membutuhkan biaya produksi yang harganya 10 kali lebih murah daripada baterai lithium konvensional.
Penulis: Anggi R. Firdhani
Sumber: