Ayam panggang, ayam goreng tepung, ayam geprek merupakan beberapa variasi kuliner berbahan dasar ayam yang menjadi favorit warga Tanah Air. Tidak hanya dagingnya, sebagian besar organ ayam dapat dimanfaatkan. Mulai dari kulit hingga telurnya. Meski begitu, dalam proses pemotongan, ayam masih meninggalkan sisa limbah. Seperti air bekas cucian ayam, darah hasil pemotongan, dan bulu ayam.
Bulu ayam termasuk limbah yang jarang sekali dimanfaatkan. Biasanya, setelah memotong ayam, bulu ayam akan dibuang begitu saja bersama sampah lainnya. Hal ini menjadi masalah karena bulu ayam dapat mencemari lingkungan sekitar. Bau tak sedap limbah bulu ayam dapat menciptakan pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara maupun tanah.
Sejauh ini, sudah ada beberapa pemanfaatan bulu ayam. Di antarnya dengan menjadikan bulu ayam sebagai bahan kemoceng, shuttle cocok, dan juga pupuk tanaman. Kali ini ide lain pengelolaan bulu ayam muncul dari beberapa mahasiswa asal Universitas Mataram.
Dalam Jurnal Warta Desa 2019 yang berjudul “Menyulap Limbah Bulu Ayam Menjadi Banten Eksotik, Bantal Tenun Eksklusif, Original, dan Cantik” keenam mahasiswa yaitu Baiq Wahidah, Ida Ayu Widiantari Ekariyanti, Lalu Azhar Rafsanjanim, Lalu Irfan Abdul Manaf, Boga Meitri Zain, dan Sandi Irawan menuliskan idenya untuk mengubah bulu ayam menjadi bahan baku bantal hias.
Para peneliti mereken tekstur bantal yang lembut banyak disukai orang. Biasanya, lanjut mereka, tekstur lembut tersebut didapatkan dari bahan baku seperti kapas, bulu angsa, dan juga busa. Menimbang konteks tersebut, para peneliti menilai menggunakan limbah bulu ayam sebagai bantal bukanlah hal yang buruk mengingat tekstur bulu ayam itu sendiri memiliki karakteristik yang lembut dan halus.
Baca juga: SeaClear, Proyek Robot Pembersih Dasar Laut Uni Eropa
Manfaatkan Limbah Bulu Ayam, Banten Eksotik diharapkan Pecut Kreativitas Warga
Ada beberapa tahapan untuk mengubah limbah bulu ayam menjadi bantal hias. Pertama, bulu ayam dicuci bersih, direbus dan direndam menggunakan cairan asam sulfat selama empat jam agar bersih dan mengembang. Setelah direndam, bulu ayam dijemur selama 4-5 hari di bawah terik matahari. Pada proses penjahitan sarung bantal, bantal hias ini memiliki tiga macam pilihan kain.
“Untuk pemilihan kain ada tiga jenis kain yang digunakan yaitu kain sarung dalam bantal menggunakan kain maroko, kain sarung bantal menggunkan kain scuba dan untuk kain hiasan mengggunakan kain tenun,” tulis Baiq Wahidah dkk.
Perawatan yang diperlukan bantal ini juga tidak jauh berbeda dari bantal pada umumnya. Proses pencucian, misalnya. Bantal sebaiknya dicuci menggunakan detergen dan air hangat. Diperlukan tambahan bahan lain seperti soda kue untuk menghilangkan noda dan bau. Sebelum menjemur bantal, sebaiknya bantal di lap menggunakan handuk terlebih dahulu untuk mengurangi kadar air bantal yang didapat setelah proses pencucian.
Selain dapat mengurangi keberadaan limbah bulu ayam, riset yang dilakukan di Desa Nyiur Tebel, Nusa Tenggara Barat ini diharapkan berdampak positif bagi keadaan ekonomi masyarakat sekitar, khususnya bagi para pemuda dan juga ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahtereaan Keluarga (PKK).
“Dengan adanya program ini masyarakat akan mampu memanfaatkan limbah ternak bulu ayam yang semulanya hanya menjadi sampah dapat diolah menjadi bantal yang bernilai ekonomis,” hemat para peneliti.
Penulis: Krisda Tiofani
Editor: Ixora Devi