Peneliti Universitas Johns Hopkins menyatakan “biokomputer” atau komputer masa depan bertenaga sel-sel otak manusia berpotensi menjadi kenyataan. Studi ini diterbitkan di jurnal Frontiers in Science.
Bukan hal baru, pengembangan komputer meniru kinerja otak manusia, terutama dengan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Namun teknik tersebut tak pernah mampu menandingi pencapaian dengan menggunakan otak organiknya sendiri.
Teknologi masa depan ini harapannya mampu mengurangi konsumsi energi superkomputer yang tak berkelanjutan.
Profesor ilmu kesehatan lingkungan dari Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Sekolah Teknik Whiting Johns Hopkins Bloomberg mengatakan, komputasi dan kecerdasan buatan mendorong revolusi teknologi. Namun, akan mencapai batasnya.
“Biocomputing adalah upaya besar untuk memadatkan daya komputasi dan meningkatkan efisiensinya untuk melampaui batas teknologi kami saat ini,” jelasnya.
Riset Organoid Ketahui Cara Kerja Otak Manusia
Hampir dua dekade para ilmuwan telah menggunakan organoid kecil, jaringan yang tumbuh di laboratorium yang menyerupai organ dewasa. Ini sebagai eksperiman pada ginjal, paru-paru, dan organ lain tanpa pengujian pada manusia atau hewan.
Organoid yang merupakan bola seukuran titik pena dengan neuron dan fitur lain ini dapat belajar dan mengingat.
“Ini membuka penelitian tentang bagaimana otak manusia bekerja. Sebab, Anda dapat mulai memanipulasi sistem,” kata Hartung.
Hartung mulai menumbuhkan dan merakit sel-sel otak menjadi organoid fungsional pada tahun 2012. Ia menggunakan sel-sel dari sampel kulit manusia yang diprogram ulang seperti keadaan sel punca embrionik. Setiap organoid mengandung sekitar 50.000 sel, seukuran sistem saraf lalat buah.
Berpotensi Kurangi Konsumsi Energi
Saat ini, ia membayangkan membangun komputer futuristik dengan organoid otak seperti itu.
“Komputer yang berjalan pada “perangkat keras biologis” ini dalam dekade berikutnya dapat mengurangi tuntutan konsumsi energi yang tidak berkelanjutan,” kata Hartung.
Meski kemampuan komputer dalam memproses kalkulasi lebih cepat daripada manusia. Tapi, otak jauh lebih pintar membuat keputusan logis yang rumit, seperti membedakan anjing dari kucing. “Otak masih belum tertandingi oleh komputer modern,” imbuhnya.
Mungkin butuh beberapa dekade sebelum kecerdasan organoid dapat menggerakkan sistem sepandai tikus. Namun, dengan meningkatkan produksi organoid otak dan melatihnya dengan kecerdasan buatan maka biokomputer berpotensi memiliki kemampuan yang canggih. Mulai dari kekuatan komputasi, kekuatan pemrosesan, efisiensi data, dan kemampuan penyimpanan.
“Dibutuhkan beberapa dekade sebelum kita mencapai tujuan dari sesuatu yang sebanding dengan semua jenis komputer. Tetapi jika kita tidak mulai membuat program pendanaan untuk ini, itu akan jauh lebih sulit,” tuturnya.
Kecerdasan organoid juga dapat merevolusi penelitian pengujian obat untuk gangguan perkembangan saraf dan degenerasi saraf.
Untuk menilai implikasi keetisan kecerdasan organoid, konsorsium ilmuwan, ahli bioetika, dan anggota masyarakat yang beragam telah terlibat aktif dalam sebuah tim.
Penulis : Ramadani Wahyu
Editor : Ari Rikin
Sumber: Techxplore