Tips Jaga Kesehatan Mental dari Berita Negatif Menurut Psikolog

Reading time: 2 menit
Ilustrasi penderita gangguan kesehatan mental. Foto: Freepik
Ilustrasi penderita gangguan kesehatan mental. Foto: Freepik

Saat ini, informasi yang beredar di media sosial terus berkembang dengan sangat cepat. Hal itu dapat mempengaruhi kesehatan mental. Di Indonesia, berbagai berita negatif dan kontroversial semakin sering muncul, mulai dari kebijakan pemerintah, kasus pembunuhan, krisis ekonomi, hingga kerusakan lingkungan. Situasi ini tidak hanya menimbulkan keresahan sosial, tetapi juga berdampak signifikan pada kondisi psikologis individu.

Psikolog Klinis dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Pamela Andari Priyudha, menekankan bahwa paparan terus-menerus terhadap berita-berita buruk dapat memicu ketegangan psikologis yang bersifat kronis dan kolektif.

BACA JUGA: Menjaga Kesehatan Mental: Kenali 4 Cara yang Efektif

“Ketika seseorang merasa tidak berdaya, mereka bisa mengalami learned helplessness, yaitu kondisi merasa tidak mampu mengubah situasi meskipun sebenarnya ada peluang. Ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan apatisme, frustrasi, dan depresi secara kolektif,” ujar Pamela pada Rabu (9/4), seperti dilansir Berita UGM.

Pamela juga menyampaikan bahwa ada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih rentan terhadap dampak negatif dari paparan berita buruk. Di antaranya adalah orang tua dan lansia, remaja dan anak muda yang terlalu sering mengakses media sosial, serta individu dengan tingkat literasi digital rendah dan akses terbatas terhadap informasi yang kredibel.

Ia menekankan bahwa kemampuan seseorang dalam meregulasi atau mengelola emosi memegang peran penting. Khususnya, dalam menentukan sejauh mana paparan berita negatif dapat memengaruhi kesehatan mental mereka.

Berikut tiga tips menjaga kesehatan mental dari paparan berita negatif menurut Pamela!

1. Batasi Konsumsi Informasi

Salah satu strategi untuk menjaga kesehatan mental di tengah paparan berita negatif yaitu membatasi konsumsi informasi yang bersifat memicu kecemasan. Terutama, ketika seseorang sedang dalam kondisi psikologis yang kurang stabil.

Selain itu, kamu juga perlu membangun kebiasaan mencari informasi pembanding dari berbagai sumber yang kredibel. Hal itu berguna untuk mendapatkan sudut pandang yang lebih objektif dan seimbang.

Pamela menyarankan agar masyarakat tidak langsung bereaksi terhadap informasi yang belum terverifikasi. “Penting untuk mengedepankan logika dan bersikap objektif. Selalu cari tahu dari berbagai sumber, jangan hanya mengandalkan satu sudut pandang,” ucapnya.

2. Hindari Topik Mengganggu

Tips kedua yaitu menghindari topik-topik yang bisa mengganggu emosional kamu. Contohnya konflik politik atau isu sosial yang memancing reaksi emosional secara berlebihan.

Di sisi lain, Pamela menyarankan agar seseorang mengonsumsi konten-konten yang bersifat positif dan inspiratif. Hal itu penting untuk membantu menjaga suasana hati tetap stabil dan mendorong pola pikir yang lebih optimis dalam sehari-hari.

Salah satu hal yang terpenting pada teknik psikologis yang bisa kamu terapkan untuk tetap optimis yakni dengan mengontrol diri. Fokus terhadap hal-hal yang bisa kamu kendalikan.

3. Berikan Dukungan

Tips berikutnya, berikan dukungan emosional kepada orang terdekat yang sedang mengalami kecemasan. Kamu bisa hadir di sampingnya dan menjadi sosok pendengar yang baik. Dengarkanlah keluhan, kecemasan, dan keresahannya tanpa menghakimi. Berempatilah kepada orang terdekatmu yang kondisi emosionalnya sedang tidak baik-baik saja.

Namun, sebelum kita terjun membantu orang lain, penting pula untuk mengenali dan memahami kondisi psikologis kita sendiri. Kesadaran ini penting untuk mencegah kelelahan emosional (emotional burnout) pada pihak yang memberi bantuan.

BACA JUGA: 7 Kegiatan Sederhana untuk Menjaga Kesehatan Mental

Selain itu, Pamela juga menyoroti pentingnya peran lembaga pendidikan dalam membentuk ketahanan psikologis generasi muda. Khususnya, melalui upaya peningkatan literasi digital dan literasi kesehatan mental.

Peran komunitas juga tak kalah penting dalam mendukung terciptanya ekosistem informasi yang sehat dan konstruktif. Komunitas memiliki tanggung jawab moral untuk turut serta dalam membangun ruang publik yang bebas dari misinformasi, ujaran kebencian, dan konten yang bersifat provokatif.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top