(Greeners) – Kalau ditanyakan mengenai profesi yang paling diminati, hampir pasti tidak ada yang menjawab petani. Pasalnya petani, khususnya di Indonesia, masih lekat dengan gambaran kemiskinan. “Kalau di sini (di Indonesia), orang berpikir kalau petani itu miskin dan kumuh. Tapi, coba kalau ditanyakan ke orang-orang di luar, petani itu orang-orang hebat. Mereka juga hidup sejahtera,” ujar aktor Teuku Wisnu saat di jumpai di pameran teknologi hijau di Jakarta.
Bukan tanpa alasan aktor yang sering bermain dalam sinteron ini mengatakan demikian. Ia bersama mertuanya, Mark Sungkar, pernah ke Australia demi belajar pertanian. “Saya dan Papa Mark (Mark Sungkar) pernah ke Australia untuk belajar aquaponik. Kami belajar dengan Murray Hallam. Bisa dibilang dia rajanya aquaponik di Brisbane, Australia. Dia seorang petani dan dia bangga menjadi petani. Sekarang dia punya lahan yang besar dan bisa hidup dengan itu (bertani sistem aquaponik),” urainya.
Aquaponik yang dimaksud Teuku Wisnu adalah bertani dengan sistem hidroponik yang dipadukan dengan pemeliharan ikan. Metode ini irit dalam penggunaan lahan dan memaksimalkan penggunaan air. “Di masa mendatang, air akan langka. Ini salah satu cara kita untuk menghemat air,” katanya.
Pria berdarah Aceh ini lantas mencoba mengenalkan aquaponik di Indonesia melalui usaha dan jasa konsultan pertamanan yang ia kelola bersama Mark. Usaha yang diberi nama Green Homes Indonesia tersebut menawarkan pembuatan taman vertikal dengan sistem irigasi drip atau tetes air, hidroponik, dan aquaponik.
“Saat ini banyak sekali tanaman yang dipengaruhi bahan kimia yang terlalu banyak dan itu dikonsumsi masyarakat umum. Dengan usaha ini, kami mau kasih tahu kalau future farming-nya adalah sistem ini, aquaponik,” ujarnya.
Suami dari aktris Shereen Sungkar ini mengingatkan bahwa sayuran organik memiliki nilai jual yang lebih baik di pasaran. Hal ini dikarenakan penampilan sayur organik lebih segar dan bersih, minim sentuhan bahan kimia, dan diyakini lebih sehat. Ikan yang dipelihara berbarengan dengan sayur juga dapat memiliki nilai ekonomi bila dikelola dengan baik. Dengan begitu, pendapatan petani bertambah.
Ia menyarankan agar petani di Indonesia membuka diri terhadap berbagai informasi terkini seputar pertanian dan belajar mengembangkan usaha mereka.
“Saya ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk sadar bahwa menjadi seorang petani tidak usah malu. Seorang petani yang memiliki wawasan luas dan mempunyai pandangan berbisnis yang bagus juga bisa menjadi seorang petani yang hebat seperti petani di luar negeri. Jadi, tidak usah malu lagi menjadi petani,” katanya.
“Kita juga bisa menerapkan cara ini di rumah. Misalnya kita menanam bawang, saat butuh kita tinggal petik. Insyaallah, lebih hemat,” imbuhnya.
(G08)