Jakarta (Greeners) – Gemar berpetualang di alam, membuat musisi Teddy Adhitya memiliki begitu banyak kenangan berkesan. Sedari kecil, Teddy terbiasa mendaki gunung atau menjelajah hutan bersama orangtuanya tiap minggu. Kebiasaan itulah yang menumbuhkan rasa cinta akan alam di dirinya.
Bagi penyanyi dan penulis lagu kelahiran Yogyakarta ini, alam tidak hanya tempat manusia untuk hidup. Namun, juga merupakan tempat untuk berbagi keluh kesah. Menurutnya, alam menjadi tempat yang tepat untuk menenangkan hati maupun pikiran.
“Arti alam buat gue adalah kehidupan, kaya nyokap kali ya. Kadang kalau lagi ada masalah kita nggak usah cerita ke ibu, cuma datang, peluk, terus nangis. Selesai masalah lo,” ucap Teddy Adhitya kepada Greeners, Kamis, (03/06/2021).
Teddy Adhitya: Alam Sebagai Sumber Inspirasi
Bergabung dengan industri musik sejak 2008, Teddy menyebut alam mempunyai andil besar dalam karya yang selama ini ia ciptakan. Berbanding terbalik dengan hiruk pikuk dan kesibukan Jakarta, Teddy menilai alam membantunya lebih fokus. Alam, kata dia, juga memberikan ketenangan dan kebebasan dalam bermusik.
Di album pertamanya, sebagian besar lagunya dibuat ketika sedang melakukan kegiatan yang dekat dengan alam. Namun, pada album kedua tidak hanya sebagian besar. Teddy memproduksi seluruh album tersebut mulai dari proses menulis hingga rekaman. Ia melakukannya di beberapa vila yang berada dekat dengan hutan.
“Di situ gue bisa menyadari, bahwa ternyata sumber inspirasi, berdialog sama diri sendiri secara murni tanpa melibatkan ego, memang ketika gue berdekatan dengan alam,” kata Teddy.
Tidak hanya sebagai sumber inspirasi, tahun lalu pria berusia 29 tahun ini memanfaatkan alam sebagai latar mini konsernya. Pertunjukan daring bertajuk “This Is Not A Concert (Question Mark) Live Session” tersebut tayang di Youtube pada 14 September 2020.
Mengambil latar di Ranca Upas, Teddy dan kawan-kawan ingin menghibur masyarakat yang saat itu terimbas peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Selain itu, ia juga ingin merealisasikan album kedua yang seluruh produksinya berlangsung di alam.
“Idenya sebenarnya satu, gimana caranya kita bikin live yang supaya ngga keliatan tembok lagi. Kedua give back aja untuk musiknya bahwa produksi dari album kedua ini semuanya gue lakukan juga di alam,” ujarnya.
Manusia Tak Boleh Lupa Berterima Kasih Terhadap Alam
Melihat kondisi Bumi saat ini, Teddy Adhitya menyayangkan sikap manusia yang masih tidak peduli dengan lingkungan. Ia mengatakan sebaiknya manusia memperlakukan Bumi sebagai rumah yang ditinggali. Tempat yang selalu dibersihkan ketika kotor, bebas sampah, agar rumah tersebut terlihat baik dan bersih.
Teddy melanjutkan, Bumi tidak hanya menjadi sumber kehidupan bagi manusia saja. Bersama tumbuhan dan satwa, manusia selalu bersinggungan dan mempunyai hubungan yang kuat satu sama lain. Oleh karena itu segala perilaku yang kita lakukan terhadap lingkungan pada saat ini akan berdampak di masa depan maupun kehidupan generasi selanjutnya.
“Kalau bukan kita yang ngerawat buat ke depannya ya siapa yang bisa merawat,” ucapnya.
Lebih jauh, Teddy berharap agar manusia tidak lupa untuk menunjukkan rasa terima kasihnya terhadap Bumi. Rasa syukur itu tercermin atas udara yang masih bisa terhirup hingga sumber-sumber makanan yang masih bisa dinikmati. Tak lupa, manusia juga perlu menanamkan kesadaran dari diri sendiri untuk menjaga sumber kehidupan yang ada.
“Menurut gue kita manusia tidak boleh lupa berterima kasih. Bahwa kita makan nasi, ikan, sapi, ayam, yang semua adalah hasil dari alam. Kadang-kadang kita lupa berterima kasih sama alam sendiri. Bahkan kita sering kali memperlakukan alam seperti tidak peduli, padahal kita selalu hidup dari situ,” kata dia.
Penulis: Zahra Shafira