Pakaian umumnya terbuat dari serat kapas atau dari sutra, namun apakah Anda sudah pernah mendengar pakaian yang terbuat dari alga? Merek pakaian Vollebak menciptakan pakaian yang berbeda dari biasanya. Duo kembar pendiri perusahaan, Nick dan Steve Tidball menawarkan inovasi baru bagi bidang fesyen dengan menciptakan kaus berbahan dasar alga.
Kaus ini pun tidak menggunakan pewarna buatan. Kaus dengan warna dasar putih pucat dengan gambar kotak hijau ini menggunakan warna-warni alami. Warna putih pucat berasal dari warna bubur kayu, sedangkan warna hijau berasal dari alga hijau.
“Kaus terbuat dari bubur kayu dari hutan yang kami kelola secara berkelanjutan dengan alga yang tumbuh di bioreaktor. Karena terbuat dari alam, ia tidak mengakhiri hidupnya seperti pakaian lainnya,” ungkap Nike dan Steve dalam laman perusahaannya.
Vollebak mengubah alga menjadi tinta yang dapat tercetak. Desainer menanam alga di bioreaktor melalui filter yang dapat memisahkan alga dan meninggalkan pasta alga yang pekat. Mereka lalu memanaskan pasta ini di bawah sinar matahari, pasta pun berubah menjadi bubuk. Nantinya, bubuk ini dicampur dengan pengikat untuk membuat tinta alga.
Lebih jauh, pengusaha dari Inggris ini menggunakan kayu yang telah terpotong dan menjadi bubur. Bubur ini lantas berubah menjadi serat, kemudian menjelma menjadi benang, dan terakhir beranjak menjadi kain. Nike dan Steve mengambil kayu dari perkebunan kehutanan berkelanjutan yang telah bersetifikat Forestry Sustainability Council (FSC) dan Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC).
Kaus Alga Dapat Terurai Menjadi Kompos dalam Tiga Bulan
Seiring dengan berjalannya waktu dan setelah terkena udara alga mulai teroksidasi, pigmen alami pada alga yang semula berwarna hijau akan mulai berubah dan kaus akan terlihat berbeda dari minggu-minggu sebelumnya.
Meskipun terbuat dari alga, kaus ini sama dengan kaus lainnya yang berbeda adalah cara kaus untuk memulai dan mengakhiri hidupnya. Ketika kaus sudah tidak ingin digunakan, kaus dapat dibuat untuk kompos ataupun dikubur dan akan terurai dalam 12 minggu dan alam akan melakukan tugasnya dengan memecah dan mengubahnya menjadi santapan cacing.
Kecepatan proses biodegredasi bergantung pada lingkungan tempat tinggal, semakin panas kondisinya maka semakin banyak bakteri dan jamur yang terpapar hingga semakin cepat pakaian terurai.
“Yang perlu dilakukan adalah mengingat untuk membuat kompos di akhir masa pakainya. Di sini ia akan terurai bersama mereka, berubah menjadi tanah, dan membantu tanaman baru untuk tumbuh,” ujar para desainer yang juga atlet ini.
Penulis: Mega Anisa
Editor: Ixora Devi