Pada saat haid atau menstruasi, wanita memerlukan pembalut untuk menyerap darah haid. Pembalut yang banyak beredar umumnya sekali pakai, namun ada juga yang terbuat dari kain dan diklaim bisa digunakan berulang kali. Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan organ intim, bagaimana sebaiknya wanita menggunakan pembalut ini?
Kolonel Kes dr. Frits M. Rumintjap, SpOG(K), MARS, dokter spesialis kandungan dari Rumah Sakit Angkatan Udara Esnawan Antariksa Jakarta, menyatakan bahwa seorang wanita yang sedang menstruasi harus mengganti pembalut sesering mungkin dalam sehari. Idealnya, dalam satu hari kita harus mengganti pembalut setiap 3 hingga 4 jam sekali.
“Untuk idealnya, seorang wanita yang sedang haid harus mengganti pembalut sesering mungkin, namun disarankan tiap 3 hingga 4 jam sekali. Perlu diingat, pembalut itu bersifat sekali pakai dan harus langsung dibuang,” ujar dr. Frits.
Anjuran untuk mengganti pembalut sesering mungkin ini memiliki alasan yang sangat penting. Mengganti pembalut setiap 3 hingga 4 jam sekali dapat mencegah organ reproduksi wanita untuk terjangkit infeksi, jamur, keputihan, hingga kanker mulut rahim.
“Mengganti pembalut tidak boleh malas-malasan. Apabila seorang wanita malas mengganti pembalut ketika haid, daerah kewanitaan akan menjadi lembap. Lembap pada daerah kewanitaan akan menyebabkan berkembangnya bakteri-bakteri. Bakteri tersebut dapat menyebabkan gatal, bau, keputihan, jamur, dan yang paling ditakuti dapat menjadi cikal bakal terjadinya kanker mulut rahim,” papar dokter spesialis yang juga pemilik RSIA Sentosa Bogor tersebut.
“Selain itu, pembalut wanita juga mengandung zat pemutih dan asbes. Apabila pembalut tidak diganti-ganti, kedua zat tersebut dapat menimbulkan gangguan hormonal dan predisposisi kanker,” ujar dr. Frits menambahkan.
Dr. Frits juga menjelaskan bahwa penggunaan pembalut yang tidak baik dan benar dapat memicu timbulnya kanker serviks yang mematikan.
“Perlu diketahui, penelitian WHO dan RSCM menunjukkan bahwa sebagian besar penyebab kanker serviks di Indonesia adalah akibat pemakaian pembalut yang tidak baik dan tidak benar. Maka dari itu, pembalut tidak boleh dipakai dalam jangka waktu yang lama,” tutur dokter kelahiran Makassar ini.
Tak hanya pembalut saja yang harus sering diganti ketika sedang haid, dr. Frits juga mengingatkan bahwa tampon pun harus diganti sesering mungkin. Penggunaan tampon yang terlalu lama dapat menyebabkan penyakit berbahaya seperti toxic shock syndrome.
“Tampon memiliki ukuran yang lebih mungil sehingga lebih mudah dibawa kemana-mana dan lebih praktis, dan biasanya digunakan oleh wanita olahragawan dan wanita yang aktif bekerja. Sama seperti pembalut, tampon juga harus diganti sesering mungkin, maksimal setelah 6 jam. Apabila dibiarkan terlalu lama, tampon dapat menyebabkan penyakit toxic shock syndrome yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus,” katanya.
Lalu bagaimana dengan penggunaan pembalut kain dan pembalut herbal? Apakah akan lebih aman dibandingkan dengan pembalut biasa apabila digunakan lebih lama dari yang seharusnya? Dr. Frits menyatakan bahwa penggunaan pembalut kain dan pembalut herbal tetap akan membahayakan kesehatan organ intim wanita apabila tidak digunakan secara baik dan benar.
“Pembalut herbal memang lebih baik daripada pembalut biasa, selama digunakan dengan baik dan benar. Pembalut herbal bisa dibilang lebih baik daripada pembalut biasa karena pembalut herbal memiliki kadar pH yang netral sehingga kulit sekitar vagina akan aman dari iritasi. Selain itu, pembalut herbal juga memiliki daya serap yang tinggi karena terbuat dari 100 persen bahan kapas. Namun meski begitu, tetap saja penggunaan pembalut herbal harus diganti sesering mungkin dan akan berbahaya apabila digunakan terlalu lama,” pungkas dr. Frits.
Penulis: Anggi Rizky Firdhani