Judul: David Attenborough: A Life On Our Planet
Durasi: 1 jam 23 menit
Genre: Dokumenter
Tahun: 2020
Alam liar dan manusia adalah dua komponen yang saling terhubung. Kerusakan di satu sisi, tentunya akan berdampak bagi sisi lainnya. Berbekal pengalamannya mengitari pelosok Bumi untuk melihat alam liar yang ada, David Attenborough memberikan cerita, pun juga pernyataannya terkait dengan kondisi alam yang semakin lama semakin berkurang.
David membuka film ini dengan menunjukkan bagaimana kerusakan salah satu kota di dunia, Chernobyl, Ukraina. Dia mengatakan kebocoran nuklir di sana adalah akibat human error. Petaka ini pun menyebabkan ribuan penduduk di kota itu pindah. Kesamaannya dengan isu yang ingin dia angkat adalah, perbuatan manusia yang kian merusak alam membuat keseimbangan Bumi terganggu, dan akan mengancam kehidupan manusia juga.
“Alam liar memudar. Buktinya ada di mana-mana. Itu terjadi dalam hidupku. Saya telah melihatnya dengan mata kepala sendiri,” tutur David.
Selanjutnya, David membawa kita masuk dalam masa lampau. Tepatnya menilik kehidupan David Attenborough di masa mudanya. David muda adalah seorang penjelajah alam liar. Dia menyaksikan kehidupan alam liar di berbagai wilayah dunia, masuk ke dalamnya, dan belajar darinya.
Pembelajaran yang dia dapatkan membuatnya menyadari bahwa Bumi ini terbatas. Bila manusia terus-menerus mengeruk sumber daya alam tanpa memberikan waktu untuk memulihkan diri, manusia akan hancur bersama Bumi. Bumi dapat membangun diri mereka kembali, tetapi manusia tak punya kekuatan yang sama seperti Bumi.
Masalah lain yang dia soroti dalam dokumenter ini adalah bagaimana manusia berperan dalam kemungkinan terjadinya kehancuran massal ke-enam akibat dari perubahan iklim. Perubahan iklim mendatangkan gas rumah kaca yang memiliki andil besar dalam rusaknya alam liar.
Tak hanya gas rumah kaca, pola hidup manusia juga turut menyumbang masalah lingkungan. David membicarakan tentang masalah overfishing yang membuat ikan tak lagi memiliki banyak waktu dan keturunan untuk berkembangbiak. Dia juga membicarakan budaya konsumsi daging sapi dan ayam yang memakan lahan alam liar untuk perkembangbiakan makanan manusia tadi. Selain itu, praktik deforestasi di Borneo untuk menghasilkan perkebunan kelapa sawit juga turut dia sajikan dalam film ini.
Baca juga: Gencarkan Jalan Kaki dan Bersepeda, Kalahkan Polusi Udara
A Life on Our Planet: Pola Hidup Tak Berkelanjutan Ancaman Bumi
Manusia terbiasa hidup dengan budaya yang tak berkelanjutan. Membuatnya menjadi rentan dengan ketahanan hidup yang kian berubah, pun juga membawa berbagai dampak negatif bagi ekosistem alam liar yang selama ini menopang kehidupannya.
“Jika kita melakukan hal-hal yang tidak berkelanjutan, kerusakan pada akhirnya terakumulasi ke titik di mana seluruh sistem runtuh,” ujar David.
Secara garis besar, film ini dengan ringkas menunjukkan beragam permasalahan lingkungan yang ada di masyarakat. Tak hanya itu, film ini juga memberikan gambaran bagaimana manusia berperan dalam kerusakan tersebut. Namun, dokumenter ini juga memberikan solusi, bagaimana manusia harus berubah demi menyelamatkan Bumi dan dirinya.
Permasalahan ditunjukkan secara sistematis tapi menampar, membuat penonton terbuka dengan masalah lingkungan, pun juga perannya dalam masalah itu. Namun, solusi yang diberikan juga dikemas dengan cara yang sistematis sehingga tak membuat penonton merasa kehilangan harapan. Seperti bagaimana mengubah konsumsi makanan dapat memberikan lahan untuk alam liar bertumbuh dan berkembang biak.
“Alam adalah sekutu terbesar dan inspirasi terbesar kita. Kita hanya harus melakukan apa yang selalu dilakukan alam,” ujar David.
Manusia bergantung pada alam untuk kehidupannya, walaupun hal itu tak terlihat secara signifikan. Manusia membutuhkan keanekaragaman hayati dalam memelihara pun juga menjadi sumber penghidupannya. Tiap ekosistem memiliki peran dalam menjaga kualitas hidup manusia. Maka dari itu, penting bagi kita untuk terus menjaga Bumi.
“Kita perlu menemukan kembali, bagaimana menjadi berkelanjutan. Beralih dari keterpisahan dari alam, menjadi bagian dari alam sekali lagi,” pesan David.
Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari
Editor: Ixora Devi