Jakarta (Greeners) – Krisis iklim tak hanya menjadi ancaman bagi lingkungan, tetapi juga berpengaruh ke seluruh sektor kehidupan yang lebih luas. Selain lingkungan, kesehatan manusia ikut terdampak.
Polusi udara merupakan salah satu faktor penyebab krisis iklim yang telah dirasakan langsung oleh masyarakat umum. Terdapat sejumlah masalah kesehatan yang terkait erat dengan pencemaran tersebut. Senior Public Health Advisor Yayasan Alam Sehat Lestari Monica Nirmala dalam Webinar berjudul “Indonesia Sehat dan Merdeka dari Emisi dengan Gaya Hidup Ramah Lingkungan,” pada Senin, (17/08) lalu, menjelaskan hal ini lebih lanjut.
“Polusi udara itu menurunkan kekebalan tubuh. Jadi, mengakibatkan tubuh kita lebih rentan terhadap infeksi virus maupun bakteri khususnya di saluran pernapasan,” ujar Monica.
Baca juga: Manfaat Berkumur Menggunakan Air Garam
Ia menuturkan terdapat satu sel tubuh manusia yang disebut makrofag. Sel tersebut bertugas melahap virus atau bakteri yang masuk ke tubuh lewat proses fagositosis. Fungsi inilah yang menurun pada saat tubuh manusia terpapar polusi udara.
Selain itu polusi udara juga merusak paru-paru, jantung, dan pembuluh darah, serta organ vital lainnya. Jika melihat pandemi yang saat ini terjadi, penyakit pada paru-paru, jantung, peradangan tubuh secara sistemis adalah komorbid dari Covid-19. Komorbid merupakan penyakit penyerta yang dapat meningkatkan dampak kesehatan pasien terutama saat dua masalah kesehatan terjadi bersamaan.
Suhu panas yang terjadi saat ini juga mengganggu aspek kesehatan yang lain. Monica mencontohkan, gelombang suhu panas dapat menimbulkan bahaya bagi kelompok rentan seperti lansia. Hawa panas ini juga memengaruhi produktivitas seseorang, khususnya mereka yang bekerja di luar ruangan. Temperatur yang tinggi juga merupakan keadaan ideal bagi vektor penyakit menular, seperti nyamuk demam berdarah dan malaria, bakteri penyebab diare, dan hewan pembawa penyakit lainnya.
Lingkungan sendiri berperan penting dalam kesehatan manusia. Penasihat Senior di Bidang Kesehatan Masyarakat ini juga menuturkan bahwa 20 persen kesehatan manusia berkaitan dengan pelayanan medis yang diperoleh. Sementara 55 persennya lagi dipengaruhi oleh lingkungan hidup dan sosial. “Itulah kenapa krisis iklim ini bukan sekadar masalah lingkungan hidup, tetapi juga masalah kemanusiaan dan kesehatan manusia,” ucapnya.
Mengenal Krisis Iklim
Lantas, apa sebenarnya krisis iklim?
Menurut Manajer Komoditas dan Bisnis Berkelanjutan, World Resources Institute (WRI) Indonesia, Andika Putraditama, krisis iklim didefinisikan sebagai fenomena ketika iklim Bumi berubah secara signifikan dan memiliki dampak negatif terhadap kehidupan manusia. “Dan kondisi ini akan sangat sulit dikembalikan lagi ke kondisi semula yang lebih kondusif bagi kehidupan manusia,” ujarnya.
Andika menyebut perubahan iklim disebabkan oleh panas matahari yang terperangkap akibat banyaknya gas rumah kaca di Bumi. Gas tersebut terdiri dari berbagai macam gas yang memiliki sifat menyerap dan memantulkan kembali panas dari matahari. Bentuk pantulannya berupa radiasi sinar inframerah. Greenhouse gasses ini juga mengikat panas matahari untuk tetap berada di Bumi dan membuat suhu semakin tinggi.
Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari