(Greeners) – Sangat jarang orang menyadari bahwa dirinya mengalami osteoporosis. Umumnya, kesadaran untuk memiliki tulang yang kuat muncul setelah mengalami patah tulang atau cidera.
Kepala Divisi Hip, Knee & Geriatric Trauma Center Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Dr. dr. Franky Hartono, SpOT(K) menjelaskan, untuk mendapatkan tulang yang kuat dan terhindar dari osteoporosis, diperlukan asupan nutrisi dan kalsium. Selain itu, dibutuhkan pula sinar matahari dan pemberian beban pada tulang secara rutin.
Menurut dokter Franky, sinar matahari khususnya pagi sebelum jam 9 atau sore setelah jam 4, bagus untuk tulang karena membantu tubuh memproduksi vitamin D. Jika nutrisi dan kalsium menjadi asupan penguat tulang, maka vitamin D berperan sebagai pengolah nutrisi dan kalsium untuk membuat masa tulang menjadi padat.
“Tanpa sinar matahari (yang mengaktifkan vitamin D dalam tubuh), asupan nutrisi dan kalsium yang dikonsumsi tidak ada artinya dan akan keluar lagi dari tubuh melalui diare, ” ungkap dokter yang juga anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi Indonesia (PABODI).
Selain itu, pemberian beban pada tulang dengan cara berolahraga atau melakukan aktivitas fisik juga diperlukan untuk membentuk tulang yang kuat. “Semakin sering tulang mendapatkan beban atau tekanan, maka semakin kuat pula tulang itu,” imbuhnya.
Ia mencontohkan, seseorang yang rutin berlari maka tulang bagian kaki dan panggulnya akan kuat karena sering mendapatkan beban. Begitu juga atlet karate yang tangannya sering terkena pukulan, tulang lengannya akan lebih kuat.
Silent Disease
Osteoporosis merupakan gabungan dari dua kata, yaitu “osteo” yang dalam bahas Yunani berarti tulang dan “porosis” yang berarti keropos. Jadi sejatinya osteoporosis bukan merupakan suatu diagnosa penyakit, namun merupakan kumpulan gejala yang mengarah pada tulang keropos. Seperti halnya kayu yang keropos, tulang yang terkena osteoporosis akan lebih mudah patah.
Menurut dokter Franky, sering kali orang baru menyadari dirinya terkena osteoporosis justru setelah mengalami patah tulang atau cidera. “Hal ini membuat osteoporosis sering disebut sebagai silent disease,” katanya.
Meski minim, osteoporosis memiliki gejala tidak langsung yang bisa dikenali, misalnya timbul rasa nyeri di punggung atau tulang belakang dan badan yang semakin pendek atau membukuk.
Sebelum gejala tersebut muncul, dokter Franky menyarankan agar orang dengan usia lanjut atau diatas 40 tahun melakukan pemeriksaan kepadatan tulang atau Bone Mineral Density (BMD). Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan mesin dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA).
Meski umumnya terjadi pada orang dengan usia diatas 40 tahun, ia mengatakan bahwa penyakit ini juga dipengaruhi oleh kondisi tulang pada usia yang lebih muda.
“Osteoporosis itu suatu proses karena pada manusia ada fase pembentukan tulang yaitu fase pertumbuhan sampai usia 18-20, fase pemadatan sampai usia 30 tahun dan kondisi tulang akan stabil, sampai akhirnya mengalami penurunan kepadatan setelah usia 40 tahun” jelas Franky.
Oleh karena itu nutrisi, kalsium, sinar matahari dan olah raga akan lebih memberi manfaat pada tulang saat seseorang berada pada fase pertumbuhan dan pemadatan tulang. Namun jika dikonsumsi dan dilakukan pada saat fase penurunan, tidak lebih agar tulang tidak semakin cepat mengalami penurunan atau pengeroposan.
“Saat masa pertumbuhan, kalsium yang masuk bisa ditangkap dan diolah tulang sehingga masa tulang semakin padat. Sementara saat fase penurunan, kalsium yang masuk hanya akan melapisi tulang-tulang agar tidak semakin keropos, ” ujarnya.
Wanita Lebih Rentan
Selain orang dengan usia lanjut, orang dengan postur kecil atau berat badan rendah juga rentan terkena osteoporosis. Dan dari beberapa penelitian, wanita lebih rentan terkena osteoporosis dibanding pria.
“Benar wanita lebih rentan terkena osteoporosis dibanding pria. Itu karena wanita memiliki hormon esterogen jauh lebih banyak dari pria yang berpengaruh pada pengeroposan tulang, ” ujar dokter Franky.
Estrogen sebenarnya berperan dalam pembentukan tulang. Hormon ini bekerja dengan vitamin D, kalsium dan hormon lainnya untuk memecah dan membangun kembali tulang sesuai dengan proses alami tubuh. Ketika kadar estrogen mulai menurun di usia pertengahan, proses membangun kembali tulang akan melambat.
“Itu sebabnya wanita yang sudah masuk masa menopause akhirnya tulangnya lebih cepat keropos, bahkan empat kali lebih mungkin mengalami osteoporosis daripada pria,” pungkasnya.
Penulis: AT/39