Isu pelestarian alam mencuri perhatiannya sejak dia memulai kecintaan untuk menjelajahi Bumi Pertiwi. Setelah memproduseri film Semesta, Nicholas Saputra semakin gencar berseru tentang isu lingkungan hidup. Kali ini, Greeners mengutip Nico tentang pentingnya keragaman medium dalam mengangkat pesan tentang kelestarian alam.
Nicholas Saputra Manfaatkan Film sebagai Medium Cinta Lingkungan
Jika hanya membahas tentang penegakan aturan atau sosialiasi pengetahuan alam, tentu sebagian dari kita lama-lama akan bosan dengan kampanye pergerakan lingkungan. Padahal, informasi yang tersiarkan harusnya dapat memberi kepedulian karena menyangkut kelangsungan seluruh makhluk hidup pada masa kini maupun di masa yang akan datang.
“Menurut saya, penting sekali untuk sebuah isu lingkungan disampaikan melalui berbagai macam cara serta berbagai macam angle untuk ditujukan ke berbagai lapisan masyarakat. Karena tentu semua orang adalah stakeholder yang pasti berhadapan dengan isu lingkungan. Tidak ada satu orang pun yang bisa terhindar dari itu,” kata Nicholas Saputra saat menjadi narasumber pada Webinar Climate Change bersama Pojok Iklim, Rabu (28/10/2020).
Aktor dan produser film Semesta –yang masuk nominasi Festival Film Indonesia (FFI) 2019 pada kategori film panjang terbaik– menerangkan pentingnya keragaman penyampaian pesan. Dia menyebut keragaman pesan merupakan strategi yang dapat membuat isu lingkungan menjadi lebih dekat dengan masyarakat. Terlebih film dokumenter, kata Nico, bertugas untuk mempertontonkan dan memperlihatkan kenyataan. Dengan medium ini, penonton bisa terikat secara emosional dan merefleksikan isu di dalam cerita.
“Jika dalam format film, tentu kita berbicara soal narasi. Jadi memang sebuah pesan atau masalah, ketika ingin menyampaikannya ke ruang publik kita membutuhkan berbagai ketepatan narasi. Mulai dari tulisan, hingga ke bentuk audio visual. Seperti yang saya buat, yaitu memasukkan narasi tersebut ke dalam film panjang atau dokumenter,” ujarnya.
Baca juga: Tips Eco Lifestyle ala Dila Hadju
Film Berpotensi Sampaikan Pesan untuk Lintas Generasi
Lebih lanjut, Nico menjelaskan jika alasan keragaman itu pula yang melatarbelakanginya mengangkat film Semesta dari sudut pandang budaya, agama, dan kepercayaan. Menurutnya, tiga paradigma ini merupakan hal yang paling dekat dengan masyarakat Indonesia.
“Sehingga waktu itu terpikir bagaimana caranya supaya isu perubahan iklim dapat terlihat dari berbagai macam sudut pandang dan bisa tersampaikan ke sebanyak-banyaknya orang. Tujuh cerita di lokasi yang berbeda merepresentasikan sebagian dari keragaman di Indonesia baik dari budaya maupun alamnya,” ucap Nico.
“Lalu semoga dengan format film, akan bisa panjang umurnya. Film ini bisa ditonton kapan saja, hingga nanti lintas generasi dan tetap bisa memberi informasi. Ini pernyataan yang penting supaya kita tahu betul bagaimana kondisi lingkungan kita saat ini,” tambahnya.
Duta Nasional United Nation International Children’s Emergencey Fund (UNICEF) dalam kampanye sanitasi di seluruh pelosok negeri ini juga berpendapat bahwa generasi muda memiliki suara terkait lingkungan hidup. Suara ini, menurut Nico, perlu penyampaian dengan cara-cara kreatif.
“Saya rasa semua orang punya kesempatan dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing untuk menyuarakan isu perubahan iklim. Tapi yang paling penting dalam proses tersebut adalah memperhatikan aspek story telling. Bagaimana cara kita menceritakan suatu kisah? Permasalahan dan fenomena sesuai dengan kebutuhannya. Harus juga melibatkan ilmu supaya pesan lebih mudah ditangkap dan dinikmati banyak orang,” tutur Nico.
Selanjutnya, Nico berharap Indonesia dapat memiliki lebih banyak pemimpin yang peduli dengan isu lingkungan. Dengan demikian, setiap gerakan memperoleh dukungan dan punya dampak signifikan.
“Ke depannya, kita akan berhadapan dengan banyak sekali pemilihan umum. Baik di daerah maupun di skala nasional. Tentu penting bagi siapapun untuk bisa memilih para calon pemimpin yang lebih pro lingkungan, dan benar-benar berkomitmen dalam penanggulangan perubahan iklim,” tutup Nico.
Penulis : Zury Muliandari
Editor: Ixora Devi