Keberadaan manusia di alam memiliki dua peran sisi ibarat mata uang. Di satu aspek manusia bertanggung jawab untuk melestarikan lingkungan, tetapi di sisi lain peran tersebut kerap terlupa hingga menyebabkan kerusakan lingkungan.
Berbagai kampanye pelestarian melalui medium film atau musik telah banyak dibuat oleh para produser maupun musisi. Salah satunya yang dilakukan Nicholas Saputra. Sebagai aktor sekaligus produser film, aktor berusia 36 tahun ini juga memiliki ketertarikan terhadap isu lingkungan.
Kontribusinya dalam dunia pelestarian lingkungan telah dijalankannya sejak 2005. Saat itu pria yang sering dipanggil Nico ini sangat menyukai traveling untuk menikmati keindahan alam di Indonesia dan ia pun mulai mengetahui isu-isu lingkungan dari sana.
Baca juga: Ridho Slank: Melestarikan Alam Melalui Adat Budaya
Ketika melakukan perjalanan ke suatu tempat, Nico melihat potensi kerusakan alam di suatu destinasi wisata alam akibat dampak eksploitasi. Menurutnya manusia sangat berperan dengan terjadinya kerusakan lingkungan.
Sebagai seorang individu ia mengatakan merasa bertanggung jawab untuk menjaga alam dan menularkan kepedulian yang sama kepada masyarakat. Melalui medium film, salah satunya yang baru ia garap dengan tajuk Semes7a, menurutnya hal tersebut akan dengan cepat menggugah seluruh golongan.
Ia mengatakan film memiliki makna yang sangat magis dan memiliki tantangan tersendiri untuk menerjemahkan maksud yang ingin disampaikan. “Tetapi mampu dengan kuat memengaruhui tindakan dan pikiran,” ucapnya dalam acara “Kuasa Film Atas Renungan Alam”, Jumat, 17 Juli 2020.
Selain menghibur, kata dia, film juga dapat memuaskan perasaan dan bisa memberikan sesuatu yang tidak ada menjadi ideal. Ia menambahkan dokumenter Semes7a merupakan bukti sekaligus gambaran bahwa manusia adalah bagian dari alam semesta yang tidak dapat dipisahkan.
Di dalamnya memperlihatkan bagaimana tokoh-tokoh di tujuh provinsi di Indonesia menghormati alam melalui pendekatan agama, kepercayaan, dan budaya masing-masing. Tujuannya agar alam dapat memberikan yang terbaik untuk manusia. “Manusia juga harus melakukan sesuatu untuk alam,” ujarnya.
Baca juga: Giring Ganesha: Berkebun untuk Hilangkan Stres
Namun, menurutnya tren film dokumenter secara tidak langsung akan memberikan informasi mengenai suatu destinasi wisata yang sebelumnya belum terjamah manusia. Hal tersebut, kata dia, berpotensi menimbulkan kerusakan seiring dengan timbulnya wisatawan.
“Oleh karena itu harus ada penyeimbang seperti kegiatan konservasi sebagai cara untuk mensejahterakan masyarakat dan menjaga lingkungan secara ekologis,” ujar Nico.
Melalui film dokumenter juga, kata dia, kesadaran akan lingkungan tidak hanya menyasar kepada satu golongan tertentu tetapi semua lapisan.
Penulis: Ridho Pambudi