Jakarta (Greeners) – Isu kerusakan lingkungan dan perubahan iklim di kalangan anak muda dianggap masih sekadar wacana. Walaupun telah menyentuh tingkat kesadaran, namun implementasi berupa aksi ditingkat tapak masih belum terlihat jelas.
Vokalis band rock Navicula Robi mengatakan, jika ingin melihat kesadaran generasi muda dalam memandang isu-isu perubahan iklim, cukup bisa dilihat dari aksi-aksi kecil di beberapa daerah di Indonesia. Hanya saja, aksi-aksi kecil tersebut belum menyentuh ranah kepedulian.
“Ranah kepedulian ini maksudnya, kadang kita (generasi muda, Red.) tidak terlalu peduli kalau kerusakan alam yang terjadi tidak menimpa kita. Akhirnya, gerakan-gerakan di perkotaan pun banyak yang hanya menyentuh wacana,” katanya.
Saat ditemui di sela-sela penyelenggaraan Hello Nature 2016, Sabtu (26/11) di kawasan Bumi Perkemahan Ragunan, ia mengatakan bahwa semua pihak, bahkan anak muda, sadar akan kerusakan lingkungan. Semua sadar kalau hutan sedang terbakar. Bahkan, generasi muda sadar kalau perubahan iklim sedang terjadi. Hanya saja belum ada tindakan nyata yang dilakukan.
“Anak muda seharusnya sudah mulai melakukan sesuatu. Jangan hanya sadar, tapi bertindak,” katanya.
Lebih jauh, pria bernama lengkap Gede Robi Supriyanto ini berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang memengaruhi anak muda dan masyarakat dalam mewacanakan isu-isu lingkungan. Menurutnya, tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang cukup memengaruhi pola pikirnya dalam memandang isu lingkungan. Dengan kualitas pendidikan yang baik, maka kesadaran untuk melakukan perubahan jauh lebih tinggi.
Selain itu, tingkat ekonomi juga mejadi faktor yang tidak kalah penting. “Banyak masyarakat yang tidak ingin ambil pusing memikirkan isu lingkungan karena mereka lebih peduli memikirkan isi perut keluarganya,” ujarnya.
Faktor terakhir, lanjutnya, adalah kolaborasi. Tahun 2007 pemerintah pernah menjadikan Navicula sebagai Duta Lingkungan Hidup Bali. Menurut Robi, hingga saat ini Navicula masih tetap menjaga hubungan baik dengan duta-duta lingkungan yang lain. “Karena kita percaya masalah yang kompleks ini hanya memiliki satu solusi yaitu kolaborasi,” ujarnya dengan nada tegas.
Setiap orang bisa menyumbang atau berkontribusi di bidangnya masing-masing, akademisi lewat akademis, birokrat lewat birokrasi, dokter lewat medis. Kalau ini semua berkolaborasi dengan baik, maka berkontribusi untuk membuat Indonesia menjadi Indonesia yang lebih baik bisa memunculkan harapan yang baik pula.
Penulis: Danny Kosasih