Jakarta (Greeners) – Melakukan sesuatu yang sudah menjadi tren atau dilakukan oleh banyak orang cenderung lebih mudah ketimbang berinisiatif melakukan yang baru, pun demikian dengan upaya pelestarian alam.
Bagi personel band NAIF, perilaku peduli pada alam dan memelihara lingkungan bukanlah sebuah tren melainkan keharusan. NAIF sendiri pernah menciptakan lagu bertema lingkungan berjudul “Dia Adalah Pusaka Sejuta Umat Manusia Yang Ada di Seluruh Dunia”. Lagu ini ada pada album Titik Cerah yang rilis tahun 2002 silam, saat isu lingkungan belum ramai dibicarakan seperti sekarang.
“Waktu itu karena sedih sama kondisi taman-taman di kota. Makin lama pembangunan di dalam kota semakin sumpek gitu. Ketemu trotoar yang normal di Jakarta aja susah,” ujar sang bassis, Muhammad ‘Emil’ Amil Hussein kepada Greeners mengenai lagu tersebut.
Vokalis NAIF, David, turut mengamini pernyataan Emil. Ia bercerita, saat itu NAIF memandang bahwa lingkungan hijau di perkotaan semakin bergeser seiring dengan gencarnya pembangunan. “Kan pohon-pohon yang dulunya hijau telah berubah menjadi batu. Batunya itu gedung beton,” katanya.
Lebih lanjut David menerangkan, pemilihan kata “pusaka” pada judul lagu itu bukan ingin menganggap alam sebagai hal yang keramat, melainkan ingin menunjukkan bahwa alam adalah sesuatu yang harus dihargai manusia. Pasalnya, manusia seringkali lupa akan peran alam terhadap kehidupan di muka bumi.
“Kita selalu mengambil mengeruk melulu tanpa peduli dengan alam yang memberi kita tempat hidup. Mother earth, this is mother earth. Anggap alam ini seperti ibu lu yang lu cintai dan lu jaga,” ujar pria bernama asli David Bayu Danang Jaya ini dengan tegas.
Menurut para personel NAIF, keadaan ini tidak banyak berubah sejak lagu itu dibuat. Meski demikian, pengetahuan dan kesadaran masyarakat berangsur semakin membaik sehingga masih menumbuhkan opitimisme untuk menjaga kelestarian alam.
Band yang dikenal dengan gaya retronya ini juga berpendapat bahwa manusia memang sudah sewajarnya menjaga keharmonisan dengan alam. Alasannya, ketika komposisi alam sudah tidak seimbang, alam memiliki cara tersendiri untuk menyeimbangkan kehidupan di muka bumi. Mereka pun berharap agar masyarakat tetap konsisten dalam menjaga lingkungan.
“Nanti kalau alamnya menyeimbangkan (bencana alam), kita main salah-salahan. Padahal itu karena ulah kita sendiri. Makanya kalau kita butuh ya nanti balikin lagi. Misalnya butuh pohon, ya, nanti tanam lagi. Jangan cuma maunya ngambil doang tanpa memperbaiki lagi,” pungkasnya.
Penulis: TW/G37