Sepanjang masa pandemi Covid-19, pakar kesehatan terus mendapatkan temuan baru. Silent hypoxemia dan happy hypoxia adalah salah satu fenomena yang ditilik oleh para pakar.
Dilansir dari Medical News Today, hypoxemia adalah kondisi penurunan parsial oksigen di dalam darah. Pasien hypoxemia biasa ditandai dengan gejala sesak napas, dispnea. Ketika kondisi ini terus berlanjut, akan berkembang menjadi hypoxia, organ akan berhenti berfungsi dan mengancam nyawa pasien.
Belakangan, media ramai memberitakan pasien Covid-19 dengan hypoxemia yang masih dapat beraktivitas dengan baik. Pasien Covid-19 dengan hypoxemia ini tidak menunjukkan gejala berat, bahkan tidak merasa sesak napas sampai saat dia mencapai titik hypoxia. Oleh karena itu, media pun menjulukinya sebagai ‘happy hypoxia’.
Medical News Today mengutip penelitian dari American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine. Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Martin J. Tobin dari Loyola University Medical Center, Maywood, Illinois, Amerika Serikat, ini melibatkan 58 fasilitas kesehatan. Hasilnya, Dr. Tobin menyimpulkan happy hypoxia dapat dijelaskan melalui ilmu pernapasan konvensional.
Baca juga: Menjalani Hidup Sehat Sekaligus Mencegah Krisis Iklim di Tengah Pandemi
Dr. Tobin menyebut pengukuran kadar oksigen dengan oksimeter denyut sebagai contoh. Menurutnya, oksimeter denyut bekerja akurat ketika pembacaan oksigen tinggi, namun tidak demikian ketika pembacaan rendah.
“Meskipun oksimeter denyut sangat akurat ketika pembacaan oksigen tinggi, namun ia membesar-besarkan tingkat keparahan kadar oksigen yang rendah saat pembacaan rendah,” simpulnya.
Lebih jauh, Dr. Tobin menjelaskan happy hypoxia juga didasari ketidakmampuan otak pasien Covid-19 untuk mendeteksi kadar oksigen dalam darah yang berkurang.
“Saat kadar oksigen pada pasien Covid-19 menurun, otak mereka tidak merespon sampai oksigen turun ke tingkat yang sangat rendah. Ini lah titik di mana seorang pasien biasanya menjadi sesak napas,” terang Dr. Tobin.
Happy Hypoxia pada Pasien Covid-19 Sebabkan Gagal Jantung
Dr. Sreenivas Kumar, Direktur Kardiologi dan Penelitian Klinis Rumah Sakit Apollo, Hyderabad, India, membenarkan fenomena happy hypoxia. Lebih jauh, Dr. Kumar mengakui banyaknya dokter yang tidak menyadari kondisi hypoxemia pada pasien Covid-19. Hal ini dikarenakan pasien yang masih terlihat sehat dan normal.
Disadur dari Deccan Chronicle,
Baca juga: Uji Klinis Vaksin Covid-19 Dilakukan ke 1.620 Sukarelawan
“Masalah jantung lebih umum didapati pada pasien lansia Covid-19. Masalah ini juga terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi serta pasien dengan riwayat diabetes dan serangan jantung,” terang Dr. Kumar.
Dr. Kumar menambahkan, ada banyak komplikasi pada pasien Covid-19 yang berhubungan dengan jantung, termasuk serangan jantung akut. Pada pasien Covid-19 serangan jantung akut dapat berkembang karena virus secara progresif menyerang semua bagian tubuh. Selain itu, serangan jantung akut juga diakibatkan infeksi bakteri sekunder dan sepsis yang berkembang di dalam tubuh.
“Sangat penting untuk tidak melewatkan atau berhenti minum obat jantung, obat tekanan darah tinggi, obat gula dan obat kolesterol di masa-masa sulit ini. Dengan terus konsumsi obat kita dapat mencegah infeksi atau setidaknya mencegah komplikasi yang lebih berbahaya terlebih jika seseorang tertular virus Corona,” terang Dr. Kumar.
Penulis: Ridho Pambudi
Editor: Ixora Devi