Mengenali Hoarding Disorder, Perilaku Menimbun Barang

Reading time: 2 menit
Hoarding Disorder
Foto: shutterstock

Bila kesulitan untuk membuang barang yang sudah tidak terpakai dan memilih untuk menimbunnya di suatu ruangan mungkin Anda mengalami gejala gangguan menimbun atau Hoarding Disorder.

Biasanya seseorang yang mengalaminya kesulitan berpikir untuk menyingkirkan barang-barang. Bahkan, lebih memilih untuk membiarkan benda-benda menumpuk bagai timbunan sampah, sehingga ruangan untuk menampung semakin sempit.

Melansir mayoclinic.org, gejala pada penderita Hoarding Disorder biasanya merasa sulit membuang atau berpisah dengan barang yang ditimbunnya. Pengidap juga menambah kembali barang-barang dalam jumlah berlebih.

Baca juga: Kenali Gejala Depresi pada Laki-Laki

Biasanya orang yang menderita gangguan tersebut percaya bahwa suatu benda dapat bermanfaat atau berharga di masa depan. Mereka menganggap barang yang disimpan tersebut akan lebih terjangkau jika dibutuhkan. Beberapa di antaranya juga merasa lebih aman jika dikelilingi oleh hal-hal yang mereka selamatkan.

Pengidap juga merasa bahwa suatu barang memiliki kesan tak tergantikan, unik, atau sempurna. Selain itu sebuah benda dinilai sebagai pengingat akan momen penting, tempat, waktu, atau peristiwa yang dikhawatirkan akan terlupa.

Hoarding Disorder

Foto: shutterstock

Hoarding Disorder Berbeda dengan Mengoleksi

Perilaku menimbun dianggap tidak sama dengan mengumpulkan. Kolektor mencari barang tertentu, seperti mobil, figur, atau prangko dan mengatur atau menampilkannya. Sedangkan orang-orang dengan gangguan Hoarding Disorder sering menyimpan barang-barang secara acak dan sembarangan.

Melansir psychiatryadvisor.com, sejumlah penelitian menyebur bahwa gangguan menimbun lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Orang dewasa yang berusia yang berusia 55 hingga 94 tahun tiga kali lebih banyak mengalami gangguan menimbun dibandingkan mereka yang berumur 34 hingga 44 tahun.

Cara Mengatasi

Penelitian Psikolog Klinis dan Profesor Illinois Institute of Technology di Chicago, Dr Gregory Chasson mencatat, sebanyak 85 persen orang pengidap mengakui perlunya perawatan. Namun, hanya sebagian yang mencari bantuan.

“Hampir setengah dari kelompok individu dengan gangguan menimbun menolak pengobatan sejak awal, berhenti dari pengobatan setelah dimulai, atau mengalami kesulitan,” ujarnya.

Baca juga: Bersepeda Aman dan Nyaman di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru

Penderita dapat mengurangi gejala utama dan risiko komplikasi dari kebiasaan menimbun. Ahli kesehatan merawat gangguan tersebut menggunakan jenis terapi yang disebut terapi perilaku kognitif (CBT).

CBT akan membantu seseorang meningkatkan keterampilan relaksasi, organisasi, dan pengambilan keputusan. Pengobatan tersebut juga dapat berperan dalam mengobati kecemasan berat atau depresi.

Penulis: Ridho Pambudi

Top