Pada umumnya sepatu yang kita gunakan terbuat dari bahan alami seperti kulit dan kanvas, atau karet, plastik dan kain yang merupakan material sintetik berbasis petroleum. Dalam beberapa tahun ini mulai banyak produsen yang memilih alternatif lain sebagai material pembuat sepatu mereka.
Salah satunya adalah wol. Wol material yang juga berasal dari alam atau lebih tepatnya bulu domba. Berbeda dengan material alam lainnya, wol lebih ramah lingkungan, terlebih materialnya yang banyak tersedia dan mudah diperbaharui menawarkan keberlangsungan yang baik buat alam.
Material wol yang bersifat insolator dingin banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sepatu untuk musim dingin. Namun disisi lain, material wol juga baik dalam menyerap kelembapan dan mampu memberikan aliran udara yang bagus pada sepatu. Serat pada wol juga mampu menetralisir bau berkat komposisi asam lemak yang ada didalamnya sehingga membuat serat wol juga nyaman digunakan saat musim panas.
Seperti yang coba ditawarkan mantan pesepak bola Selandia baru, Tim Bown bersama pakar meterial terbarukan Joey Zwillinger dengan sepatunya Allbirds. Didesain kuat dan nyaman digunakan untuk berolah raga, sepatu berbahan dasar wol ini didesain fashionable sehingga cocok digunakan sehari-hari. Wol mereka dapatkan langsung dari peternak domba di Selandia Baru demi mendapatkan wol yang berkualitas dan cocok digunakan sepanjang musim.
Tim Brown melihat potensi besar dari wol yang surplus di negaranya. Brown coba mengaplikasikan wol dengan mencoba material wol yang cocok dibuat menjadi sepatu yang kuat, nyaman, dan bisa digunakan diberbagai musim.
Pada produk purwarupa pertamanya, Allbirds dibuat mengunakan mid-micron wol, yang lebih tebal dan keras. Brown kemudian beralih ke super-fine merino wol dengan diameter 12.5 mikron, jauh lebih tipis dan ringan daripada sebelumnya. “Dari purwarupa sampai produk yang ada saat ini, tidak terhitung berapa kali kami melakukan percobaan untuk mendapatkan kualitas yang seimbang antara kekuatan, kelembutan dan semua kualitas baik lainnya yang anda dapatkan sekarang,” kata Zwillinger dikutip dari laman the guardian.com.
Jika Allbirds mengunakan super-fine merino, lain pula dengan Glerups yang menggunakan felted wol yang juga dari Selandia Baru. Perusahaan asal Denmark tersebut meluncurkan sepatu boots dan slip-on dengan material felted wol yang dijahitkan dengan bagian dasar yang berbahan calfskin. Perpaduan tersebut akan menghasilkan sepatu yang lebih tebal, namun nyaman dan tahan lama.
Peternak wol Selandia baru
Allan Timm, co-owner dan direktur Glerups, sengaja terbang ke Selandia baru untuk mendapatkan bahan dasar wol langsung ke peternak. Disana Allan justru mendapati fakta mengejutkan setelah beberapa minggu berkeliling. “Saya terkejut bertemu petani yang telah membesarkan domba lebih dari 20 tahun tetapi tidak pernah tahu dimana akhirnya wol yang dihasilkannya bemuara,” katanya.
Graham Sinammon, misalnya, lebih dari 15 tahun berternak namun ia tidak pernah tahu akan dikemanakan wol yang dihasilkannya.”Terakhir saya hanya melihat saat wol dimuat ke truk untuk dibawa ke pelelangan. Kami memang telah mendapat bayaran yang banyak, terlepas dari berapa banyak itu sebenarnya dihargai di tempat lelang,” kata Sinammon.
Namun itu dulu, sebelum adanya koperasi kelompok The New Zealand Merino Company (NZM), yang menghubungkan langsung para peternak dengan perusahaan internasional yang akan membeli wol mereka.
Keberadaan NZM bagus untuk perusahaan internasional seperti Allbirds dan Glerups karena mampu menjamin ketersediaan pasokan wol aman. Bagi para peternak, mereka dapat memiliki jaminan pelanggan yang lebih baik dan bisa tahu berapa banyak uang yang sebenarnya bisa mereka dapatkan untuk wol yang mereka hasilkan. “Hal ini menciptakan keamanan bagi para petani,” kata Timm.
Brown, yang dibesarkan di Selandia Baru, mengatakan dia senang melihat kebangkitan di negaranya. Meskipun permintaan sepatu wol meningkat, dia yakin pasokan bahan baku wol tidak pernah jadi masalah. “Saya tidak melihat kami akan kehabisan wol dalam waktu dekat,” katanya.
Penulis: AT/G39