Judul Film | : | Energi dari Gunung Halimun |
Sutradara | : | Dandhy Dwi Laksono dan Ucok Suparta Arz |
Pemain | : | Yoyo Yogasmana dan Abah Ugi |
Tahun | : | 2016 |
Durasi | : | 10 Menit 27 Detik |
Desa Adat Ciptagelar, Sukabumi yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut memiliki sumber energi listrik sendiri berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro. Malam itu, Yoyo Yogasmana menggunakan senter untuk menerangi jalan menuju rumah warga. Ia memenuhi panggilan tetangganya yang kesulitan mendapatkan siaran televisi lokal, CIGA TV. Bergeser dari satu rumah ke rumah lain, Yoyo, yang juga merupakan warga Ciptagelar dan pengelola televisi lokal tersebut, mendapatkan keluhan serupa dari warga setempat.
Mendapati rumah yang kosong, ia terus melanjutkan tugasnya untuk menemukan siaran lokal. Yoyo langsung masuk dan mencoba menyalakan televisi tersebut. Di rumah yang lain, ia juga sudah ditunggu sebuah keluarga. Warga merasa rindu menyaksikan siaran lokal mengenai kegiatan di kampungnya.
Gemuruh suara sungai menghiasi suasana di Desa Ciptagelar pagi itu. Abah Ugi, pemimpin adat desa, sudah berada di area sawah untuk mengecek keadaan saluran air. Ia dan Yayasan Ibeka membuat turbin yang dilengkapi panel instalasi berupa pipa sepanjang 87 meter di saluran air sepanjang 430 meter. Dibantu warga, Abah Ugi membersihkan saluran air di sekitar hamparan sawah dari daun yang terbawa arus sungai.
Pembangkit mikrohidro memanfaatkan aliran sungai Cibarengkok yang mampu menyediakan 200 liter air per detik karena kawasan hutan yang masih terjaga. Pembangkit ini mampu menerangi 66 rumah warga dengan biaya di bawah Rp 30.000 per rumah tangga per bulan.
Dokumenter karya Watchdoc Documentary ini juga memuat kegiatan masyarakat Ciptagelar yang bergotong royong membuat infrastruktur listrik di 1997. Iring-iringan ribuan warga yang bekerja sama memanjang hingga 2 kilometer. Setahun kemudian, proyek mikrohidro Ciptagelar memasok total 60.000 watt dari sekitar 10 turbin yang tersebar di beberapa kampung. Kini dari sekitar 6.000 rumah tangga, 25 persen di antaranya telah menikmati listrik mikrohidro.
Desa yang terletak 203 kilometer dari kantor pemerintah kabupaten itu, kata Yoyo, sudah memanfaatkan panel solar dalam kehidupan sehari-hari sejak 1990an. Energi dari solar tersebut digunakan untuk mengoperasikan televisi lokal di sana.
Dokumenter Energi dari Gunung Halimun ini menunjukkan rakyat yang berdaya menyediakan listriknya sendiri. Kegiatan masyarakat adat kasepuhan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat di daerah lain di tengah.
Desa Ciptagelar dikenal kental akan acara adatnya. Sedikitnya terdapat 30 acara adat yang tak pernah putus sepanjang tahun. Hal ini menandakan makmurnya sebuah peradaban yang telah berusia 650 tahun. Sayangnya, keterbatasan waktu membuat dokumenter ini tidak membahas manfaat energi dari pembangkit mikrohidro dalam kehidupan sehari-hari selain listrik.
Penulis: Krisda Tiofani