Mendapat julukan sebagai “Mama Turtle”, Melanie Subono, artis dan aktivis pemerhati masalah lingkungan dan isu perempuan, memperhatikan penyu layaknya merawat anak sendiri.
Oleh : Irman Arya
Melanie mengatakan julukan “Mama Turtle” merupakan panggilan akrabnya dengan sesama teman aktivis di Bali Sea Turtle Society. Sebab selama berada di penangkaran penyu di Kuta, Bali, tak jarang Melanie menjaga bak penampungan telur-telur penyu selama berjam-jam. Bahkan putri dari bos Java Musikindo, Adri Subono ini pun tak segan mengajak berbicara telur-telur penyu itu layaknya seorang ibu berbicara kepada bayi dalam kandungannya.
“Orang-orang sampai bilang ya lah ada mamanya disini pantesan telur penyunya pada netes. Menurut gue penyu yang nemuin gue bukan gue yang nemuin penyu,” ujar penulis buku berjudul “OUCH!!” kepada GreenersMagz pekan lalu.
Melanie adalah salah seorang aktivis Bali Sea Turtle Society, sebuah lembaga non profit yang bergerak di bidang perlindungan penyu. Bersama puluhan aktivis Bali Sea Turtle Society, Melanie bergabung melakukan penangkaran terhadap telur-telur penyu hingga menetas dan dilepaskan kembali ke laut.
Bulan Maret-Juni adalah musim dimana banyak telur penyu menetas. Menurut Melanie tahun ini cuaca yang mendukung membuat telur-telur penyu di penangkaran di Kuta, Bali menetas lebih awal yakni dimulai Januari. Hingga pada November ketika musim penghujan musim telur penyu menetas selesai.
Areal penangkaran penyu di Kuta, Bali tahun ini ditambah dengan 3 bak penangkaran. Setiap sarang memiliki ukuran 30X30 cm. Dalam pekan-pekan ini dengan dukungan cuaca banyak induk penyu naik ke darat untuk bertelur. Bahkan pekan lalu ada 5 ekor induk penyu naik dan 4 diantaranya bertelur. Seekor induk penyu bisa bertelur antara 90-100 butir. Namun tahun ini induk penyu bisa bertelur 100-120 butir karen dukungan cuaca.
Melanie menjelaskan dari 100 butir telur penyu, yang mengalami potensi rusak 10% sehingga yang menetas 90%-nya. Kemudian setelah induk penyu menimbunnya dalam pasir, butuh waktu 40 hari bagi telur-telur itu untuk menetas. Sayangnya dari 1.000 bayi penyu yang berhasil menetas dan ke laut hanya 1 penyu yang memiliki peluang untuk bertahan dan tumbuh dewasa.
“Hal ini disebabkan oleh predator. Bayi penyu sangat rentan, laut penuh sampah. Selain predator juga karena sampah. Laut kita parah,” papar perempuan dengan 8 tattoo di tubuhnya ini.