Sebagai negara dengan penduduk yang padat, area kosong di Jepang menjadi suatu kebutuhan. Oleh karena itu, wajar jika orang Jepang menata rumahnya agar terlihat lebih lapang. Kini di Jepang muncul kelompok minimalis, yaitu orang-orang yang hidup dengan sederhana. Salah satunya, Fumio Sasaki.
Fumio, seorang editor berusia 36 tahun memulai gaya hidup minim sejak tahun 2013. Pria yang tinggal di sebuah apartemen satu kamar ini hanya memiliki satu buah kasur lipat khas Jepang atau futon yang berfungsi ganda sebagai alas tidur dan sofa. Selain itu, lemari Fumio hanya berisi 3 kaus, 3 pasang celana, 4 pasang kaus kaki dan beberapa pelengkap rumah tangga lainnya seperti satu buah sikat gigi elektrik dan sebuah vacuum cleaner.
Tren hidup yang serba berkecukupan ini terinspirasi dari estetika Buddhisme Zen. Dalam pelaksanannya, hidup minim atau minimarisuto mengajak masyarakat untuk menjadi “kaya” melalui pengalaman, dengan mengurangi harta yang dimilikinya. Untuk itu, less is more merupakan prinsip dasar dalam menjalaninya.
Setelah memahami ajaran ini, Fumio yang juga seorang kolektor, memberikan buku, CD dan DVD hasil kumpulannya kepada kerabat dan temannya. Menurutnya, menjadi seorang kolektor membuatnya terus memikirkan apa saja kumpulan yang belum ia miliki.
Menurutnya, semakin sedikit benda yang ia miliki, maka ia akan semakin jarang membersihkan rumah atau berbelanja. Hal ini justru akan menambah waktu luang, sehingga ia dapat melakukan kegiatan lain seperti pergi ke luar rumah untuk menemui temannya atau bahkan bepergian jauh. Dengan kondisi yang seperti ini, ia merasa menjadi lebih aktif.
Dengan hidup serba cukup, Fumio mengaku menjadi lebih mensyukuri apa yang ia miliki, dan tidak lagi merasa kekurangan. Hal ini membuatnya lebih senang dalam menjalani hidup. Selain itu, hidup minim tidak hanya membuat rumahnya terasa lapang, namun juga membebaskan pikiran.
Tidak memiliki kendaraan bermotor, televisi, bahkan lemari pendingin, hidup minim seperti yang dijalani Fumio Sasaki juga berarti minim jejak karbon. Hal ini berarti bahwa dengan hidup serba cukup, kita bisa mengurangi penggunaan sumber energi secara berlebihan. Dengan begitu, selain memberikan manfaat kesehatan, hidup minim juga berarti ramah lingkungan.
Penulis: Ayu Ratna Mutia