Menjelang peringatan hari Pelestarian Lapisan Ozon Internasional ke-30 yang jatuh pada tanggal 16 September dan bersamaan dengan diberlakukannya Protokol Montreal, sebuah kabar baik datang dari penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan National Institute of Water and Atmospheric Research (NIWA), Selandia Baru.
Berdasarkan penelitian terbaru yang dimuat di jurnal Nature Scientific Reports, untuk pertama kalinya, penelitian menunjukkan bahwa Protokol Montreal telah berhasil mengendalikan jumlah radiasi ultra violet (UV) yang mencapai permukaan bumi, jumlah bahan kimia yang merusak ozon dan jumlah ozon di atmosfer.
Sebagai informasi, Protokol Montreal memiliki tujuan untuk melindungi lapisan ozon dengan menghentikan produksi sejumlah gas yang bertanggung jawab atas penipisan ozon. Protokol ini telah ditandatangani oleh 196 negara dan Uni Eropa pada tahun 1987, mulai berlaku pada bulan September 1989.
Menurut seorang fisikawan atmosfer NIWA, Dr. McKenzie, protokol ini dirancang untuk melindungi lapisan ozon dan mencegah ancaman peningkatan radiasi sinar UV. Ia juga mengatakan bahwa jika lapisan ozon menipis, radiasi sinar UV akan meningkat dan itu memiliki implikasi terhadap masalah kesehatan yang serius seperti kanker kulit.
“Ini adalah pertama kalinya para ilmuwan melihat perubahan jangka panjang pada radiasi UV. Dan itulah yang penting dalam hal kesehatan manusia,” kata Dr. McKenzie, sebagaimana dilansir dari SCOOP.
Pengukuran UV Kualitas Tinggi
Sebelumnya, NIWA telah memiliki peran utama dalam hal pengukuran UV, dan pada 1990-an terlibat dalam membangun jaringan situs di seluruh dunia dengan instrumen pengukuran UV kualitas tertinggi dan memperkenalkan prosedur pengukuran yang ketat.
Penelitian ini mencakup hasil dari instrumen lain dalam jaringan yang didirikan oleh NIWA, di Melbourne dan Alice Springs di Australia, Mauna Loa Hawaii dan Boulder Colorado. Data dari berbagai jaringan situs telah dikumpulkan oleh tim NIWA dan Dr McKenzie mengatakan mereka memberikan gambaran yang jelas tentang keberhasilan Protokol Montreal dalam mengendalikan jumlah UV.
“Pengukuran di situs garis lintang, seperti Selandia Baru, jelas menunjukkan bahwa kami mengikuti lintasan kepatuhan penuh dengan protokol dan beberapa situs bahkan menunjukkan awal dari pemulihan.” kata Dr. McKenzie.
Namun, Dr. McKenzie mengatakan bahwa meskipun hasil penelitian ini adalah berita baik, masalahnya tidak terpecahkan. Tingkat UV di masa depan juga tetap tidak pasti karena kemungkinan letusan gunung berapi, efek dari peningkatan gas rumah kaca dan emisi yang melanggar protokol yang dapat memperlambat laju pemulihan.
“Alasan Selandia Baru memiliki salah satu tingkat kanker kulit tertinggi di dunia bukan karena penipisan ozon, itu karena pilihan gaya hidup dan jenis kulit. Tingkat UV yang akan kita dapatkan dalam beberapa tahun mendatang sangat mirip dengan apa yang kita miliki dalam beberapa tahun terakhir. Secara bertahap akan turun di tahun-tahun mendatang tetapi tidak banyak. ” kata Dr. McKenzie.
Ia juga mengingatkan bahwa ada beberapa pengukuran berkualitas tinggi yang berjalan cukup jauh untuk “benar-benar mengetahui gambaran jangka panjang”. Namun, jelas bahwa tanpa Protokol Montreal, indeks UV akan meningkat secara dramatis, yang mana akan menyebabkan lonjakan besar dalam tingkat kanker kulit.
Penulis: Diki Suherlan