Jakarta (Greeners) – Sebuah brand fesyen asal Jakarta, KALLA rona menunjukkan komitmennya dalam fesyen berkelanjutan. Brand fesyen yang baru lahir pada 2021 ini menyulap kain kasa menjadi wearable art. KALLA rona merupakan brand pakaian wanita. Kata kalla memiliki arti paling cantik dan rona adalah warna.
Bagi kamu penikmat fesyen pasti sangat suka melihat koleksi pertama mereka, yang tidak hanya mengusung konsep ramah lingkungan. KALLA rona juga merancang produk mereka dengan gaya kontemporer yang sedang naik daun belakangan ini.
Founder KALLA rona, Pindo Saraswati mengatakan bahwa inisiasinya terbentuk berdasarkan kekhawatirannya terhadap kondisi bumi saat ini. Ia juga menyayangkan sikap produsen yang hanya mementingkan keuntungan pribadi dari pada keadaan lingkungan yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia.
“Keadaan lingkungan kita tuh semakin memburuk belakangan ini karena banyak limbah mulai dari padat, cair, gas dan lainnya yang merusak lingkungan salah satunya itu penyebabnya karena fast fashion,” kata Pindo kepada Greeners, baru-baru ini.
Dengan itu, ia mendirikan KALLA rona dengan harapan dapat mengurangi dampak limbah yang akan alam terima. Lebih lanjut, KALLA rona juga memiliki misi untuk menjangkau dan mengedukasi anak muda untuk bijak memilih pakaian dengan bahan yang lebih ramah lingkungan.
”Misi KALLA rona itu untuk menginspirasi generasi muda untuk lebih memperhatikan peduli dan ikut menjaga lingkungan melalui pesan yang disampaikan dalam setiap desainnya,” ungkapnya.
Bahan Kain Kasa Cocok dengan Iklim Indonesia
Sebagai penerapan konsep sustainable fesyen, KALLA rona sangat memperhatikan jenis kain yang akan menjadi bahan pokok untuk produk mereka. Alih-alih menggunakan kain ramah lingkungan yang sudah umum, pilihan Pindo jatuh kepada kain kasa.
Kain kasa biasanya masyarakat gunakan untuk menutup luka agar terhindar dari kontaminasi bakteri. Namun, setelah melakukan riset dan pengembangan, kain kasa tersebut sukses ia jadikan pakaian yang dapat menarik minat konsumen.
“KALLA rona menggunakan bahan material utama yang tidak biasa, itu kain kasa. Jadi kain kasa itu banyak manfaatnya ternyata selain untuk pengobatan luka dan lain-lain, setelah sempat aku coba-coba oh ini bisa nih jadi baju. Jadi kayak awalnya trial and error aja terus kemudian oh ini bisa jadi pakaian,” ucapnya.
Tidak hanya mudah untuk menyerap keringat yang sesuai dengan iklim di Indonesia. Kain kasa juga terbuat dari benang gelatin yang berasal dari ekstrak rumput laut coklat, sehingga kain kasa dapat terurai dengan mudah di tanah. “Karena dia memang bahan organik jadi gampang terurai dan bisa di recycle juga,” tuturnya.
Untuk mengubah kain kasa menjadi pakaian, menurut Pindo hal itu memerlukan waktu yang lama karena terdapat campur tangan alam pada prosesnya. Dalam hal ini, KALLA rona bekerja sama dengan pengrajin di Yogjakarta untuk mengolah kain kasa hingga menjadi kain yang sudah siap untuk dipola.
Gunakan Pewarna Alami dari Tumbuhan
Sesuai dengan arti namanya, yakni warna yang paling cantik, KALLA rona fokus terhadap penggunaan pewarna alami tumbuhan. Karena KALLA rona ingin membuktikan bahwa pewarna tumbuhan tidak kalah cantik dengan pewarna tekstil berbahan kimia.
Warna-warna alami tumbuhan tersebut antara lain secang untuk warna pink dan ungu. Kemudian indigo untuk warna biru, tegeran untuk warna kuning dan orange. Lalu daun jenitri untuk warna hijau, dan tingi yang digunakan untuk warna peach.
Pindo mengungkapkan untuk proses pemberian warna pada kain kasa akan memakan waktu dua hingga tiga minggu pengerjaan. Hal itu bergantung pada alam karena proses pengeringan bergantung pada cuaca dan matahari.
“Setiap warna yang kita keluarin itu di bulan berikutnya mungkin bisa berbeda sedikit. Hal ini karena memang warnanya itu dipengaruhi oleh sinar matahari juga jadi nggak bisa sama 100 %,” jelas Pindo.
Setelah proses pengolahan dan pewarnaan selesai, kain tersebut akan dikirim ke Jakarta dan masuk ke dalam tahap desain serta proses menjahit. Sehingga panjang waktu produksi pakaian KALLA rona secara total yaitu selama kurang lebih satu bulan lamanya. Hal ini juga menjadi faktor pertimbangan Pindo untuk memproduksi satu model hanya sebanyak satu lusin saja. Karena ingin menghindari produk sisa dan sisa kain pada saat proses produksi.
KALLA Rona Ajak Konsumen Jaga Keindahan Laut
Sebagai koleksi perdana, KALLA rona mengeluarkan koleksi bertajuk ”euphoric of the sea”. Rancangan desain ini terinspirasi oleh keindahan laut Indonesia. Terdapat 3 desain produk pada koleksi pertama ini, yakni ombak seamless top, samudera seamless shirt dan tepi laut reversible bralette.
Selain bahan dasar kain, pewarna alami dan desain, KALLA rona juga memakai kemasan yang sudah 100 % terhindar dari plastik sekali pakai. Tag dan greeting card bawaan dari produk KALLA rona juga merupakan plantable paper atau kertas yang sudah memiliki bibit bayam. Sobat Greeners dapat segera menanam dan merawatnya hingga bayam tersebut tumbuh.
“Masalah lingkungan lebih dari sekadar desain untuk kita, dari produksi hingga kemasan. Kami sudah mempertimbangkan dampak terbaik dalam membuat brand kami ramah lingkungan,” tuturnya.
Untuk menyebarkan edukasinya kepada konsumen, KALLA rona mengadakan kampanye dengan tagar #akusuKALLAut. Tagar ini dapat konsumen gunakan dan sebarkan sebagai pengingat bahwa telah berpartisipasi untuk tidak mencemari air ke laut setelah pembelian produk KALLA rona.
“Lewat #akusuKALLAut itu berarti kayak setiap ada yang memakai atau membeli itu udah ikut berpartisipasi untuk peduli sama lingkungan laut dengan tidak mencemari air dengan pewarna tekstil kimia berbahaya,” katanya.
Penulis : Zahra Shafira