Kacamata Terapi Cahaya untuk Mengatasi Kelelahan

Reading time: 2 menit
Propeaq
Kacamata terapi cahaya bernama Propeaq. Foto: www.propeaq.com

Dokter, perawat, atau pekerja shift lain lebih rentan terkena iritasi karena waktu tidur yang tidak teratur sehingga menyebabkan kelelahan. Untuk mengatasi masalah ini, Toine Schoutens merancang kacamata khusus terapi cahaya untuk mengatasi jadwal tidur tersebut. Awalnya, inovasi bernama Propeaq sempat diragukan, tetapi setelah 2006, atlet olimpiade menggunakannya dan menjadikan permintaan produk meningkat.

Perusahaan Tilburg memasok kacamata ini ke 14 negara sehingga para atlet dapat memulai olimpiade mereka dengan kondisi prima dan waktu tidur yang cukup. Schoutens juga mempromosikan kacamatanya ke Pameran Elektronik Konsumen (CES).

Baca juga: Dompet dari Limbah Kulit Apel

Ide ini muncul lebih dari 35 tahun yang lalu ketika Schoutens bekerja sebagai perawat psikiatris. Ia bekerja dalam waktu kerja yang tidak teratur dan sering mendapatkan giliran malam. Hal tersebut membuatnya menjadi pemarah karena waktu tidur yang tidak tertatur.

Kemudian ia membuat laboratorium penelitian sendiri yang diisi dengan tabung neon. Ia lalu mengujinya pada kolega dan pasien dan mendapatkan manfaat dari cahaya tersebut. Namun, jika dilihat dari sudut pandang ilmiah penemuannya tidak berarti pada saat itu. Seiring berjalannya waktu penelitian ilmiahnya justru menunjukkan betapa pentingnya cahaya bagi waktu biologis seseorang.

Melansir intelligentliving.com, mulanya Schoutens menghubungi suatu yayasan untuk meneliti cahaya dan kesehatan di Eindhoven. Di sana ia mempelajari pencahayaan yang baik untuk panti jompo. Schoutens pun melihat dampak cahay terhadap pasien dan staf serta meriset waktu tidur orang yang bekerja secara bergilir (shift).

Propeaq

Foto: www.propeaq.com

Inivator ini lalu mengembangkan produk pertamanya melalui Philips Lighting. Karena alat tersebut sulit dibawa, maka ia mengembangkan alat sederhana yang dapat dengan mudah dibawa ke mana saja. Motivasi inilah yang menjadi dasar dari terciptanya kacamata terapi cahaya.

Cara kerja kacamata ini adalah saat cahaya biru pada kacamata menekan produksi melatonin. Pada saat yang sama, cahaya menstimulasi Cortisol Awakening Response (CAR). Dengan menggunakan kacamata merah atau oranye, hal ini dapat membuat tidur lebih nyenyak.

Ada empat LED khusus di dalam kacamata yang menghasilkan cahaya dalam gelombang biru. Cahaya biru ini menyebabkan produksi melatonin tertahan saat malam hari hingga waktu bergeser ke waktu berikutnya. Kacamata merah atau oranye dapat memberi efek mengantuk dan memastikan bahwa produksi melatonin tidak tertekan.

Baca juga: Brand Zara Produksi Masker untuk Pekerja Medis

Dokter dan perawat merupakan orang yang bekerja di sektor kesehatan dengan jam kerja tidak teratur. Mereka berpotensi terkena dampak ini. Kurang tidur dapat menyebabkan seseorang lebih murung. Schoutens ingin memberikan solusi kepada orang-orang dengan jam kerja tidak teratur sehingga mereka tetap dapat beraktivitas dengan keadaan segar dan bugar. Tidak hanya produk kacamata, ia juga mengembangkan aplikasi untuk tidur.

Saat ini perusahaan sedang melakukan penelitian terhadap penyakit Parkinson. Pasien memiliki waktu tidur yang tidak teratur dan mereka lebih banyak tidur saat siang hari. Dengan kacamata cahaya biru di pagi hari, ini dapat memperpanjang siang hari mereka hingga membuat waktu tidur saat siang menjadi lebih sedikit. Namun, masih banyak pengujian yang perlu dilakukan. Para inovator memiliki waktu analisis selama 2,5 tahun ke depan.

Penulis: Mega Anisa

Top