Judul Film: Jakarta Kota Air
Tahun : 2020
Genre : Dokumenter
Durasi : 4 Bagian (72 jam 27 menit)
Sumber : Youtube Watchdoc Documentary
Jakarta Kota Air merupakan film dokumenter yang ditayangkan pada akun youtube Watchdoc Documentary dan terdiri dari empat bagian berdurasi pendek. Akun tersebut sudah memproduksi 165 episode dokumenter. Dalam film dokumenter ini menceritakan realita banjir yang terjadi pada awal 2020 di beberapa titik di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Berawal dari kawasan Bukit Duri yang terkena banjir pada 1 Januari 2020, salah seorang warga bernama Ratna mengatakan hujan yang terus menerus menyebabkan air meluap. Ratna adalah salah satu warga di sana yang menolak untuk tinggal di rusun. Sebab lokasinya jauh dan bersifat sementara atau tidak akan pernah menjadi hak milik. Warga di pinggir kali juga kerap dianggap sebagai penghambat normalisasi sungai yang menjadi program pemerintah.
Pada film tersebut juga diberitahukan bahwa tiga tahun lalu, tepatnya 28 September 2016 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggusur bangunan yang berada di bantaran sungai Ciliwung Kawasan Bukit Duri. Pemerintah hendak menormalisasi sungai Ciliwung sepanjang 19 kilometer dengan anggaran sebesar Rp800 miliar.
Film Jakarta Kota Air ini juga menunjukkan data titik-titik daerah yang terkena banjir pada awal tahun di Jabodetabek. Data tersebut bersumber dari catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yakni Kabupaten Tangerang 6 kelurahan, Kota Tangerang 13 kelurahan, Kota Bogor 16 kelurahan, Depok 18 kelurahan, Kabupaten Bogor 33 kelurahan, Kabupaten Bekasi 34 kelurahan, DKI Jakarta 40 kelurahan, Tangerang Selatan 50 kelurahan, dan Kota Bekasi 51 kelurahan. Selain itu data tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat 53 korban jiwa dan 1 orang hilang.
Selain Kampung Duri, film ini juga menunjukkan realita di beberapa tempat berbeda seperti di Kampung Tongkol dan Kelapa Gading. Kampung Tongkol yang terletak di Jakarta Utara ini terancam digusur karena menjadi bagian dilaksanakannya program normalisasi sungai Ciliwung pada 2015. Warga yang menolak untuk digusur kemudian memiliki inisiatif untuk “memotong” rumah. Dari inisiatif ini sebanyak 260 dari 300 keluarga dapat melanjutkan hidup di Kampung Tongkol.
Selain menolak penggusuran warga juga menolak pencabutan pohon-pohon yang ada. Menurut penuturan salah satu warga di lokasi tersebut masih terdapat burung-burung yang memerlukan pohon untuk tempat bersarang.
Data lain menunjukkan pesatnya pembangunan di Kawasan Kelapa Gading. Tahun 1986 sampai 1990, misalnya, hanya ada satu bangunan dan pada 2020 daerah tersebut sudah dipadati oleh penduduk. Salah satu penduduk yang tinggal di Kawasan Kelapa Gading bernama Ainun Najibah memiliki konsep rumah panggung yang ramah air untuk mengatasi banjir. Ia dapat menjadi contoh bagi warga lain. Rumah panggung yang di desain oleh arsitek bernama Yu Sing ini merupkan kolaborasi bersama dengan Komunitas Ciliwung Merdeka untuk tata kota yang ramah dengan air. Rumah panggung didesain dengan resapan untuk menampung air hujan yang bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.
Film ini menunjukkan bagaimana keadaan kawasan yang menjadi titik rawan bencana banjir di Jakarta dan kawasan lain di bantaran sungai Ciliwung. Tidak hanya menunjukkan lokasi terdampak, film ini juga menunjukkan bagaimana sisi lain warga yang tinggal di bantaran sungai Ciliwung terkait banjir yang seringkali melanda Jakarta.
Penulis: Mega Anisa Suandi