Ingin Makan Sehat dan Berkelanjutan? Yuk, Terapkan Panduan SELARAS

Reading time: 3 menit
Ilustrasi makan sehat. Foto: Pixabay
Ilustrasi makan sehat. Foto: Pixabay

Saat ingin mengubah pola makan agar hidup lebih sehat, banyak orang mungkin membutuhkan panduan dari sumber terpercaya, seperti Food and Agriculture Organization (FAO) dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober, Eathink telah merilis panduan bernama SELARAS (Seimbang, Lokal, Alami, Beragam, Sadar). Dengan panduan ini, kamu bisa mendapatkan sumber tambahan untuk melengkapi pola makanmu, Sobat Greeners!

Panduan SELARAS dari Eathink memberikan rekomendasi pola makan sehat dan berkelanjutan. CEO Eathink, Jaqualine Wijaya, menyatakan bahwa banyak panduan, seperti Isi Piringku dari Kemenkes, hanya fokus pada aspek kesehatan. Padahal, aspek diet juga perlu mencakup aspek keberlanjutan.

BACA JUGA: 5 Tips Membuat Kebiasaan Makan Lebih Berkelanjutan

Maka dari itu, hadirnya SELARAS tidak hanya fokus pada panduan makan sehat, tetapi juga melengkapi panduan tersebut dengan mempertimbangkan dampak lingkungan. Hal ini menjadikannya lebih relevan bagi masyarakat Indonesia.

Sobat Greeners, yuk, simak lebih lanjut panduan praktis dari SELARAS ini!

1. Seimbang 

Aspek “Seimbang” dalam panduan SELARAS mengacu pada prinsip Isi Piringku, namun dengan pendekatan yang lebih fleksibel. Eathink menekankan bahwa tidak perlu mendapatkan semua gizi lengkap dalam satu kali makan. Salah satu hal yang terpenting adalah memenuhi kebutuhan gizi sepanjang hari secara konsisten.

“Sering kali orang ragu untuk menerapkan makan sehat, karena mereka berpikir kandungan gizi di setiap makan harus langsung lengkap. Tidak harus begitu, kok. Kita jangan lihat dari satu piring atau satu kali makan saja. Yang penting, kebutuhan gizi kita dalam satu hari terpenuhi dan kita bisa konsisten menerapkannya dalam jangka panjang,” kata Jaqualine.

Misalnya, jika di siang hari kamu sudah menyantap nasi padang, sebaiknya hindari gorengan sebagai camilan sore. Meskipun nasi padang biasanya sudah dilengkapi sayuran, jumlahnya masih tergolong kurang. Jika Sobat Greeners ingin ngemil, sebaiknya pilih buah saja.

2. Lokal

Aspek “Lokal” dalam panduan SELARAS menekankan pentingnya bahan makanan yang terjangkau dan mudah diakses. Menurut Jaqualine, bahan makanan di negara tropis, seperti Indonesia, jauh lebih bernutrisi dibandingkan negara non-tropis. Namun, banyak orang yang sering mengacu pada rekomendasi diet dari negara Barat, sehingga referensi mereka cenderung mengarah pada bahan makanan impor, seperti kiwi dan salmon.

Nah, Sobat Greeners, kita bisa kok untuk menemukan banyak makanan lokal yang nilai gizinya setara dengan produk impor. Misalnya, kandungan omega 3 dalam ikan kembung yang bahkan lebih tinggi daripada salmon. Hanya saja, ikan itu berbasis lokal dan harganya murah, maka sering  kali tidak menjadi pilihan. Padahal, Indonesia memiliki hidden gem. Sebutlah ubi ungu yang tinggi antioksidan dan sorgum yang padat gizi.

BACA JUGA: Yuk, Kenali 4 Fakta tentang Bahan Makanan Berkelanjutan!

Jaqualine menyebutkan banyak opsi pangan lokal yang tersedia di sekitar kita. Harganya murah, nutrisinya baik, dan sangat mudah diakses. Di setiap daerah pasti ada bahan makanan lokal yang bisa memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat tanpa harus bergantung pada pangan impor.

3. Alami

Aspek “Alami” dalam panduan SELARAS berarti menghindari bahan yang dapat meracuni tubuh dalam jangka panjang. Terdapat dua hal yang dipertimbangkan dalam aspek ini. Pertama, bahan makanan harus diproduksi secara alami tanpa penggunaan pestisida dan pupuk kimia.

Kamu bisa memeriksa setiap produk untuk memastikan bahwa pangan tersebut diproduksi secara alami dengan cara melihat tanda sertifikasi, seperti organik, free range, dan grass fed.

Kedua, proses pengolahan makanan juga harus menggunakan bahan alami. Contohnya, apabila kita memasak sendiri, kita bisa memastikan bahan-bahan yang digunakan. Sebaliknya, makanan yang dibeli dari restoran atau kemasan sering mengandung banyak bahan tambahan sintetis, seperti pewarna, perasa, dan pengawet, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan.

4. Beragam

Aspek “Beragam” dalam panduan SELARAS menekankan bahwa pilihan sumber karbohidrat tidak harus terpaku pada nasi. Tahukah Sobat Greeners? Di Indonesia, terdapat 77 sumber karbohidrat dan 389 jenis buah lokal. Artinya, kita memiliki banyak pilihan untuk sumber energi.

Jaqualine mengungkapkan bahwa dengan menciptakan permintaan (demand) terhadap komoditas yang kurang populer, kita dapat memperluas pilihan makanan. Misalnya, jika biasanya kita menyantap nasi, cobalah menggantinya dengan ubi dua atau tiga kali seminggu secara konsisten.

5. Sadar

Aspek “Sadar” adalah kunci untuk menjalani pola makan sehat. Meskipun kita tahu gorengan tidak baik untuk kesehatan, godaan untuk mengonsumsinya sering kali muncul. Jaqualine menjelaskan bahwa kesadaran ini penting sebagai langkah awal untuk membuat pilihan makanan yang lebih baik.

“Kesadaran ini membuat kita jadi berpikir, kan? Sadar merupakan awal yang baik, yang kemudian menjadi kunci untuk makan sehat yang selaras dengan alam. Kita perlu menyadari dahulu kebutuhan kita, menyadari kenapa harus makan dengan prinsip “Seimbang”, menyadari dampak dari pilihan makanan kita terhadap alam dan kesehatan diri sendiri,” kata Jaqualine.

Dengan menerapkan mindful eating, yaitu makan dengan sadar, kita akan mulai merasakan dampak positif pada tubuh kita seiring waktu. Dari kesadaran ini, kita dapat mulai mengambil tindakan yang lebih baik dan secara alami beradvokasi untuk pola makan yang lebih sehat.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top