Industri Fesyen Ikut “Beraksi” di Konferensi Perubahan Iklim Paris

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Shutterstock/ecouterre.com

Kenaikan emisi gas di dunia mengakibatkan perubahan iklim tak menentu, bukan hanya di belahan Indonesia saja, tapi berdampak bagi negara lainnya. Sekitar 190 kepala negara, termasuk Indonesia, turut menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim atau Forum COP 21 UNFCCC di Paris, Perancis. Dengan bahu-membahu, diharapkan konferensi yang diselenggarakan sejak tanggal 30 November hingga 11 Desember 2015 ini, menghasilkan tindakan nyata untuk menanggulangi pemanasan global yang meningkat sebesar dua derajat Celsius.

Dilansir dari situs ecouterre.com, sejumlah brand fesyen internasional, di antaranya, Adidas, Eilen Fisher, Gap, H&M, Levi Strauss hingga VF Corp pun menandatangani sebuah deklarasi yang disampaikan melalui grup advokasi bernama Ceres untuk disampaikan dalam Forum COP21.

Eric Wiseman, CEO dari VF Company (The North Face, Timberland, Vans, dan Wrangler) mengatakan, “Perusahan kami mendukung pengurangan karbon serta efisiensi penggunaan energi untuk dampak ekonomi ke depan. Kami melakukan bagian kami sebagai bentuk kontribusi terhadap perlawanan perubahan iklim yang terjadi belakangan”.

Dalam deklarasi ini, para petinggi perusahaan fesyen ternama berjanji untuk melakukan efisiensi energi dalam kegiatan operasional mereka. Mereka menyatakan bahwa mitigasi perubahan iklim dan inovasi teknologi sangat vital untuk kesehatan dan kesejahteraan bagi pembuat maupun pemakai produk fesyen, termasuk suplai material yang dibutuhkan untuk membuat produk fesyen di masa yang akan datang.

“Kami harus melihat sisi lain dari bisnis sebagai bentuk akan perubahan. Kami punya kesempatan yang kuat untuk sama-sama membangun industri fesyen. Kesuksesan tidak semata dihitung dari segi dollar saja, tapi juga dari sisi kemanusiaan dan lingkungan,” tutur Eileen Fisher.

Selain petinggi brand fesyen ternama yang bersuara, ribuan aktivis di Perancis juga melakukan aksi demonstrasi pada Minggu (29/11) lalu. Namun aksi ini diredam oleh pemerintah Perancis mengingat kondisi darurat pasca pembomban.

Ribuan demonstran yang sebelumnya berniat bergandeng tangan dan membentuk long march, berakhir dengan menjajarkan sepatu mereka. Seperti dilansir situs The Guardian, sekitar 200 ribu pasang sepatu dijajarkan di kota Paris. Aksi ini juga dilakukan di kota-kota lain di beberapa negara, seperti Hongkong, Seoul, dan Sydney.

Penulis: DJ/G38

Top