Jakarta (Greeners) – Dampak merkuri tidak hanya terjadi pada lingkungan. Paparan merkuri dalam tubuh yang terjadi terus menerus bisa mengakibatkan kerusakan fungsi tubuh. Salah satunya gagal ginjal, siapapun yang mengalaminya harus menjalani cuci darah (hemodialisa).
Dokter Ratih C Sari mengungkapkan hal itu dalam diskusi Waspada Merkuri bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta baru-baru ini. Menurutnya, dampak merkuri terhadap kesehatan terbagi dua, yakni pajanan akut dan pajanan kronis.
“Dalam kategori pajanan akut, dampak kesehatan akibat paparan merkuri pada tubuh di antaranya, gangguan paru, gangguan fungsi ginjal, pencernaan hingga gangguan dan kerusakan kulit,” katanya.
Namun dalam kategori pajanan kronis atau paparan merkuri dalam skala tinggi dan terus menerus, bisa mengakibatkan gagal ginjal, kerusakan syarat pusat, serta gangguan pada janin. Ibu hamil yang terpapar merkuri dalam skala tinggi dan terus menerus, berpotensi tinggi melahirkan anak yang cacat mental, gangguan sistem syaraf hingga gangguan pertumbuhan.
Ratih menyebut, ada terapi yang bisa dilakukan sebagai upaya mengurangi dampak merkuri dalam tubuh. Hal ini untuk mengembalikan performa fungsi tubuh.
“Nah ini ada semacam terapi. Kemudian yang kita lakukan adalah upaya detoksifikasi makanan agar tubuh bisa berfungsi maksimal. Kemudian ada terapi yang lain, misalkan dengan penyuntikan zat yang mengikat zat besi, logam berat termasuk merkuri,” papar Ratih.
Namun demikian, terapi tidak bisa berdampak maksimal karena merkuri akan tetap ada di dalam tubuh. Hal yang paling penting, kata Ratih, adalah menghindari hal-hal, baik benda atau lingkungan yang paparannya merkurinya tinggi. Paparan merkuri dalam skala kecil namun terjadi terus menerus, menurutnya tetap berakibat buruk bagi kesehatan.
“Tetapi itu semua tidak maksimal, itu merkuri akan ada terus di tubuh. Kemudian jika sampai terjadi kerusakan ginjal, bisa gagal ginjal, karena ginjal kerja keras ketika ada merkuri di tubuh,” ungkapnya.
Kalau sampai gagal ginjal, harus cuci darah secara rutin. Hal ini akan membebani dan mengurangi kualitas hidup.
Paparan Merkuri Bersifat Toksik atau Beracun
Merkuri atau air raksa adalah logam berat yang memiliki nomor atom 80 dan sangat bersifat toksik atau beracun. Benda ini persisten di lingkungan, bioakumulasi dan dapat berpindah dalam jarak jauh di atmosfer. Merkuri dapat masyarakat temui pada benda-benda yang dekat di sekitarnya, seperti lampu, batu baterai, kosmetik ilegal, termometer air raksa dan amalgam gigi.
Direktur Pengelolaan Sampah Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, sumber lepasan emisi merkuri berasal dari banyak hal, mulai dari aktivitas alam hingga aktivitas manusia.
Sumber lepasan emisi merkuri yang berasal dari aktivitas alam, berupa aktivitas geologi seperti erupsi gunung api dan semburan uap panas dari ventilasi hidrotermal di dasar laut. Selain itu, pelepasan emisi merkuri juga bisa berasal dari pelapukan bebatuan bermerkuri yang terjadi karena cuaca, seperti yang terjadi di pegunungan Sinabar, Maluku.
“Kemudian kebakaran hutan, pelapukan biomassa. Kenapa pelapukan biomassa menimbulkan merkuri? biomassa itu kan dari tanaman, kalau tanaman ini tumbuh di sekitar penambangan yang menggunakan merkuri maka tanaman itu tercemar. Nah ini akan terjadi lepasan merkuri,” ungkap Vivien.
Vivien yang juga menjabat Presiden COP-4 Konvensi Minamata menambahkan, paparan merkuri juga bisa terjadi pada makanan yang sering kita konsumsi.
“Sumber bahan pangan yang berpotensi terpapar bahan merkuri itu seperti padi. Jika ditanam di sawah di dekat penambangan skala kecil yang gunakan merkuri. Kemudian ikan, jika aliran sungai tercemar merkuri, makan ikan yang kita makan tercemar merkuri. Kemudian kerang, kalau kerang itu berasal dari lautan yang tercemar merkuri maka kerang itu juga berbahaya,” paparnya.
Ia menambahkan, total merkuri yang terlepas ke laut pada tahun 2018 mencapai 2.600 ton. Sementara merkuri yang berada di tengah laut (antara pemukaan dan dasar laut) mencapai 120.000 ton. Sedangkan yang mengendap di dasar lautan mencapai 1.600 ton merkuri.
Penulis : Sol