Jakarta (Greeners) – Setelah sebelumnya terlibat dalam pembuatan film “Cahaya Dari Timur: Beta Maluku”, Glenn Fredly kembali bekerjasama dengan sutradara Angga Dwimas Sasongko untuk film “Filosofi Kopi”. Sebagai pekerja seni, penyanyi asal Maluku ini mengaku ingin membuat karya yang tidak hanya populer, namun juga memiliki makna.
“Saya dan Angga punya concern yang sama, bagaimana produk budaya (film) ini punya pesan. Film juga punya konten yang penting buat sebuah perjalanan peradaban, paling tidak pemikiran sosialnya di tengah masyarakat buat penikmat film. Seperti di Filosofi Kopi ini, kami ingin benar-benar bicara tentang kopi Indonesia,” ujarnya kepada Greeners saat ditemui di lokasi syuting film Filosofi Kopi di kompleks Blok M Square, Jakarta, pada Rabu (28/01) siang.
Film yang diangkat dari salah satu cerpen karangan Dewi Lestari yang juga berjudul sama tersebut, dijelaskan Glenn sebagai film berkategori pop namun tetap ada nilai positif yang bisa diambil. Ia sendiri mengaku mendapat banyak informasi seputar dunia kopi Indonesia selama proses pembuatan film ini.
“Kita punya sejarah besar dengan kopi. Kopi bukan hanya sekadar simbol sebagai tanaman yang tumbuh saja, tapi juga seperti film ini, ada nilai filosofisnya. Dalam perjalanan kemerdekaan bangsa, kopi punya peranan besar,” katanya.
Lahan kopi yang cukup banyak dan rasa yang berkualitas, menurut Glen, harusnya membuat kopi Indonesia mendapat atensi yang besar karena potensinya. Pria yang kini suka menikmati kopi lokal ini pun menyatakan mendukung sertifikasi dari lembaga konservasi pada produk kopi.
“Itu (sertifikasi konservasi) nantinya berhubungan dengan pembukaan lahan. Sertifikasi ini akan penting untuk menjaga sustainability. Pada akhirnya proteksi bukan hanya sekadar lahan tapi berlaku juga kepada petani. Dia (petani) yang menjaga benih kopi dari awal sampai akhirnya masuk ke pengolahan selanjutnya,” jelasnya.
Pelantun lagu “Januari” ini mengingatkan bahwa petani kopi berhak untuk sejahtera dan mendapat dukungan dari pemerintah dan pemilik modal, terlebih dalam hal penyediaan atau kepemilikan lahan. Berkurangnya lahan kebun kopi karena kebutuhan makro seperti kebun sawit, membuat petani kopi semakin terdesak. Untuk itu, menurut Glenn, perlu solusi bersama.
“Menurut saya, kopi tidak bisa ditinggalkan. Di Indonesia, kopi justru bisa menjadi komoditi penting,” imbuhnya.
Glenn pun menyatakan dukungannya agar kopi Indonesia kembali berjaya dan berharap agar kopi dapat menjadi bagian dari gaya hidup orang Indonesia.
“Menjaganya mulai dari bagaimana menikmati kopi yang kita punya. Dengan mendukung produk kopi lokal, itu berarti menghidupi, menjaga, dan merawat petani-petani kita karena itu penting. Kalau ini bisa dilakukan bersama dan menjadi gerakan bersama, (akan muncul) banyak tempat kopi lokal dan itu akan menghidupi petani,” pungkasnya.
(G08)