Jakarta (Greeners) – Pemanasan bumi atau global warming membuat lingkungan di sekitar kita berubah secara perlahan namun pasti. Secara sederhana, hal ini dirasakan Gilang Ramadhan dengan tidak adanya lagi kunang-kunang, salah satu jenis serangga yang dapat mengeluarkan cahaya di tubuhnya, yang biasanya dapat ia lihat di sekitar rumahnya.
“Setahun lalu, di tempat tinggal saya di Bogor, saya masih dapat melihat kunang-kunang. Namun saat ini sudah tidak terlihat lagi kunang-kunang di sana,” ujarnya.
Meski terkesan remeh, namun drummer yang senang mengeksplorasi musik tradisional daerah ini merasakan bahwa hal itu sudah cukup menyatakan adanya perubahan yang serius pada bumi. Dari pengamatannya ini, ia merasa perlu untuk membangun kepedulian terhadap lingkungan. Kepedulian ini bisa ditumbuhkan melalui pendidikan, mulai dari materi pendidikan hingga pada konsep bangunan sekolah.
“Ada sekolah di Bali, sekolah itu yang masuk orang-orang menengah ke atas, namun siswanya datang menggunakan sandal jepit. Dari segi bangunan pun, sekolah tersebut memiliki konsep yang asri sehingga dapat memberikan pandangan (tentang lingkungan) kepada muridnya,” katanya.
Dengan memberikan konsep “hijau” pada bangunan sekolah seperti menanam berbagai tanaman dan pepohonan di lingkungan sekolah dan menggunakan “tembok” bambu, lanjut Gilang, akan memberikan pemahaman yang berbeda di benak anak-anak tersebut.
Ia juga mendukung agar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mau menggalakkan pembatasan transportasi kendaraan pribadi. “Pemprov DKI bisa membuat peraturan seperti hari Senin dan Jumat, masyarakat Jakarta harus menggunakan sepeda dan hanya membolehkan kendaraan umum saja yang melaju,” tambahnya.
Menurut Gilang, keprihatinan terhadap negeri ini semakin dalam karena kemajuan yang dikejar ternyata hanyalah sebuah kemunduran. Segala upaya dilakukan namun tidak memperhatikan dampak yang akan terjadi. Padahal, lanjutnya lagi, pemanasan yang dialami oleh bumi ini merupakan tanggung jawab semua insan.
“Ketika pembangunan digencarkan di negeri ini, banyak yang hanya menyalahkan negeri ini saja padahal negara-negara maju yang sudah “ngebotakin” duluan. Itulah kenapa kita bersama-sama harus bertanggung jawab pada apa yang sudah terjadi,” tutupnya.
Penulis: Gloria Safira