Sebagian besar dari kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan sampah makanan (food wastage). Food wastage terdiri dari dua bagian, yakni food loss dan food waste. Kedua jenis sampah makanan ini memiliki perbedaan tersendiri.
Meskipun memiliki istilah yang berbeda, namun penting bagi Sobat Greeners untuk sama-sama mengatasi permasalahan sampah makanan ini. Dengan begitu, sampah makanan yang kita hasilkan tidak berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hingga menimbulkan kerusakan bagi lingkungan.
Menurut Food Agriculture Organization (FAO), terdapat 1,3 miliar ton makanan yang hilang atau terbuang setiap tahunnya di seluruh rantai pasokan makanan. Sekitar sepertiga dari seluruh makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia.
BACA JUGA: Indonesia “Banjir” Sampah Makanan
Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di dunia. Sampah makanan pun tidak hanya berdampak pada lingkungan saja, namun juga berdampak besar bagi kehidupan manusia, seperti menimbulkan kelaparan.
Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan secukupnya dan mengetahui dampak dari sisa makanan ini. Yuk, simak perbedaan antara food loss dan food waste dalam penjelasan berikut ini!
Food Loss
World Food Program USA melansir, food loss terjadi ketika makanan menjadi tidak layak untuk dikonsumsi manusia sebelum manusia sempat memakannya. Food loss ini paling umum terjadi di negara-negara berkembang, ketika makanan tersebut tidak layak dan rusak akibat hama atau jamur.
Food loss merupakan sampah makanan yang berasal dari bahan pangan. Misalnya, sayur mayur, buah-buahan, atau makanan yang masih mentah namun tidak bisa terolah menjadi makanan dan akhirnya terbuang begitu saja.
Zero Waste Indonesia melansir, food loss membuat masyarakat sulit memperoleh pangan untuk dimasak. Khususnya di Indonesia, terdapat beberapa kasus kehilangan pangan, salah satunya adalah di Banyuwangi. Di sana, buah naga segar dibuang ke sungai oleh petani buah naga. Sayang sekali, ya, Sobat Greeners.
Penyebab Food Loss:
- Proses pra-panen tidak menghasilkan mutu yang pasar inginkan.
- Terjadinya cuaca ekstrem sehingga hasil panen gagal.
- Penyimpanan dan pengemasan tidak memadai pada akhirnya produsen membuah bahan pangan tersebut.
- Kurangnya permintaan pembeli di pasar.
- Permainan harga pasar antara agen dan distributor menyebabkan harga naik tajam dan akhirnya tidak bisa dijual.
- Terlalu lama di gudang dan lama kelamaan menjadi basi,berjamur, dan berbau busuk.
- Tidak disimpan secara sempurna sehingga umurnya menjadi pendek.
- Kurang bijak membeli bahan makanan hingga akhirnya bahan makanan tersebut membusuk di tempat penyimpanan (kulkas).
Dengan demikian, sebagai konsumen sudah semestinya membuat rencana yang lebih baik dan bijak sebelum membeli bahan makanan. Upaya tersebut dilakukan agar bahan makanan tersebut dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Food Waste
Selanjutnya ialah food waste yang terjadi ketika kita membuang makanan yang masih layak untuk dikonsumsi manusia, baik sebelum atau sesudahnya. Hal ini paling sering terjadi di negara-negara maju dan banyak dihasilkan dari restoran, hotel, dan rumah.
Selain itu, misalnya di Indonesia, pada momen bulan puasa dan Lebaran Idulfitri, sampah makanan juga biasanya meningkat secara signifikan. Hal itu terjadi karena perilaku konsumtif dari masyarakat yang meningkatkan jumlah makanan terbuang, karena tidak habis untuk dikonsumsi.
BACA JUGA: Suci Larasati, Lima Tahun Berjuang Cegah Makanan jadi Sampah
Perlu kamu ketahui, food waste yang menumpuk di TPA ini bisa menghasilkan gas metana dan karbondioksida. Sedangkan keduanya tidak sehat untuk bumi. Gas-gas tersebut terbawa ke atmosfer dan berpotensi merusak lapisan ozon.
Padahal, salah satu fungsi lapisan ozon adalah menjaga kestabilan suhu di bumi. Jika kestabilan suhu terganggu, terjadilah pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut akibat dari mencairnya es di bumi.
Penyebab food waste:
- Tidak menghabiskan makanan.
- Makan tidak sesuai dengan porsi.
- Membeli atau memasak makanan yang tidak kalian sukai.
- Gaya hidup (gengsi) menghabiskan makanan di depan orang ramai.
Di sisi lain, supermarket, restoran, dan perusahaan katering juga masih banyak yang belum memperkirakan dengan tepat berapa banyak yang akan mereka jual. Sehingga, makanan akan berakhir di tempat sampah.
Sebagai individu, kita juga sering membeli makanan lebih banyak daripada yang kita butuhkan. Kemudian, setelah merasa kenyang, sisa makanan tersebut akhirnya dibuang begitu saja.
Dengan demikian, untuk mengurangi jumlah food loss dan food waste, salah satu cara yang paling mudah untuk kita lakukan yaitu adalah mindful dalam konsumsi makanan dan habiskan makanan yang kamu makan.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia