Berbagai masalah lingkungan di dunia sudah memasuki fase kritis. Pembangunan yang kian masif tanpa mementingkan keberkelanjutan menambah kerusakan alam semakin besar. Di samping itu, budaya konsumerisme dan minimnya kepedulian masyarakat mengenai lingkungan menambah beban itu.
Kesadaran akan lingkungan sebaiknya mulai ditanamkan sedini mungkin. Hal tersebut yang kemudian memotivasi Dila Hadju, seorang pegiat lingkungan dan istri dari Rayi RAN, untuk membentuk komunitas Tumbuh Hijau Urban. Ia kemudian mulai menerapkan kebiasaan memilah sampah dari rumah sesuai jenisnya. Upaya tersebut dilakukannya untuk mengurangi timbulan sampah sebelum dibuang.
Baca juga: Katon Bagaskara: Tradisi Menghargai Lingkungan Tercermin dalam Kebudayaan Indonesia
“Ada macam-macam jenis sampah, tetapi setelah saya riset kembali ada lima jenis sampah,” ucap Dila saat telekonferensi Refleksi Hari Bumi di Masa Pandemi, Selasa, (21/04/2020).
Pada 2010, komunitas Tumbuh Hijau Urban telah lebih dulu mulai aktif beraktivitas. Namun, tujuh tahun setelahnya baru secara resmi berdiri. Gerakan ini berfokus menumbuhkan kecintaan terhadap Bumi melalui kegiatan belajar sambil bermain (learning by playing).
Dila menuturkan, Tumbuh Hijau Urban bergerak dalam bidang jasa penyedia kegiatan dengan konten pendidikan. Mereka mengomunikasikan isu-isu lingkungan kepada anak usia dini agar menjadi generasi yang peduli. Menurutnya, ada beberapa aspek dalam memulai gerakan lingkungan yang dikenal dengan aspek piramida. Ia merinci aspek tersebut di antaranya aspek lingkungan, sosial, budaya, keluarga, dan ekonomi.
Saat ini masyarakat masih merasa bahwa untuk memulai gerakan ramah lingkungan memerlukan banyak pengeluaran. Padahal, kata dia, langkah pertama yang perlu diperhatikan ialah lingkungan tempat tinggal. “Lingkungan tempat tinggal dapat menumbuhkan budaya dan keluarga yang sehat,” ucapnya.
Baca juga: Luna Maya: Saling Menguatkan di Tengah Pandemi
Dengan mengolah sampah organik menjadi pupuk dan melakukan pemilahan, hal itu dapat membantu meringankan pekerjaan petugas sampah dan pemulung. Cara tersebut, kata Dila, juga menjadi langkah memulai hidup ramah lingkungan dan sangat berdampak terhadap lingkungan sekitar. “Pemilahan bisa dilakukan secara mandiri dan kita bisa membantu masyarakat sekitar,” ujarnya.
Meskipun begitu, ia juga mengaku kerap berpikir bahwa yang dilakukannya akan percuma sehingga menunda untuk bergerak. “Padahal untuk memulai suatu gerakan atau suatu budaya dari diri sendiri dahulu. Niat baik akan kembali lagi menjadi baik,” kata dia.
Penulis: Ridho Pambudi