Manisan Pepaya Gunung
Tidak lengkap rasanya jika mengunjungi suatu daerah tanpa mencoba makanan khas daerah tersebut. Selain gorengan daun wortel yang sudah kami cicipi di Dieng Plateu Teater, kami mencoba untuk mencari kuliner khas Dieng lainnya.
Malam itu, kami memesan Mie Ongklok sebagai menu makanan utama. Hidangan ini merupakan mie yang dimasak dengan kuah kental dan sayuran. Agar lebih nikmat, sate sapi menjadi pelengkap dalam bersantap. Untuk cemilan, kami mencoba Tempe Kemul. Tempe ini ini tampilannya seperti gorengan tempe pada umumnya, namun tepung yang menyelimutinya lebih banyak dari biasanya. Ada pula minuman khas Dieng, yaitu Purwaceng. Minuman yang terbuat dari ginseng ini cukup ampuh menghangatkan tubuh.
Pada pukul tiga dini hari, kami sudah bersiap menuju Gunung Sikunir. Dari penginapan, kami berangkat menuju Desa Sembungan tempat dimana Puncak Sikunir berada. Dari Desa Sembungan menuju Puncak Sikunir sebetulnya hanya memakan waktu sekitar setengah jam karena jalurnya sudah nyaman didaki. Namun karena waktu itu ramai pengunjung, diperlukan waktu yang lebih lama bagi kami untuk tiba di puncak.
Sesampainya di puncak, kami bisa menikmati matahari terbit. Indah sekali melihat fajar diantara pegunungan. Sekitar jam 8 pagi kami mulai menuruni Gunung Sikunir, sebelum kembali ke homestay kami mengunjungi Telaga Cebong dulu di Desa Sembungan.
Setelah selesai packing, kami menyempatkan diri belanja oleh-oleh terlebih dahulu. Kami membeli Carica, yaitu manisan pepaya gunung yang rasanya sangat enak dan segar. Ada juga keripik kentang dan penganan khas lainnya.
Sebelum pulang, kami mengunjungi Tuk Bimo Lukar terlebih dahulu. Lokasinya tidak begitu jauh dari pertigaan Dieng ke arah Wonosobo. Air mancur ini dipercaya bisa membuat awet muda jika mencuci muka disini. Di tengah perjalanan menuju Wonosobo, kami berhenti sebentar di Tieng untuk mengunjungi Gardu Pandang Tieng. Disini kami bisa melihat kota Wonosobo dari ketinggian.
Waktu untuk pulang pun tiba. Walaupun singkat, namun menghabiskan akhir pekan di Dieng cukup menyegarkan pikiran dan mengembalikan semangat untuk menjalani rutinitas. Semoga keindahan alam Dieng tetap terjaga karena Saya ingin bisa kembali lagi kesini untuk menikmati kesejukan dan keindahan alamnya tanpa diganggu sampah maupun coretan tangan yang tak bertanggung jawab di setiap objek wisata.
Penulis: Aghnia Fasza