Jakarta (Greeners) – Bagi Davina Veronica Hariadi, keserakahan manusia menyebabkan semakin tingginya kasus kejahatan terhadap satwa liar. Alih fungsi lahan untuk perkebunan kelapa sawit, perusahaan kertas, dan tambang untuk memenuhi kebutuhan manusia mengakibatkan satwa liar kehilangan habitatnya. Selain itu, masih ada kekuatan uang dan korupsi yang membelenggu pemerintahan Indonesia.
“Kita tidak bisa menyalahkan satwa liar yang menganggu kita karena sebenarnya yang menganggu itu kita karena manusia semakin bertambah populasinya dan akhirnya mengambil lahan dan habitat satwa. Kita terlalu serakah dan kita semuanya paham bahwa keberadaan satwa liar itu ada dan kita harus bisa menerima hal itu, bukan malah dibunuh atau diperdagangkan,” ujar perempuan yang akrab disapa Davina ini kepada Greeners di kawasan Jakarta.
BACA JUGA: Analisis DNA Jadi Upaya Baru Penegakan Hukum dan Perlindungan Satwa Liar
Aktris dan juga model ini beranggapan bahwa masalah terbesar mengenai kejahatan satwa liar adalah melawan kekuatan uang yang bergulir dari kalangan bawah hingga atas. Regulasi atau undang-undang mengenai satwa liar pun sudah ada namun perlu direvisi karena sudah tidak relevan dengan keadaan saat ini. Menurut Davina, meski aturan sudah ada, penerapan aturan sulit dilakukan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya kasus kejahatan terkait satwa liar yang tidak diusut tuntas.
“Jika pemerintah dan aparat hukum diajak bicara mengenai ketentraman satwa liar pasti akan setuju. Tapi begitu perusahaan masuk lalu memainkan uangnya dan korupsi terjadi, semuanya menjadi buyar. Jadi sebenarnya akar dari permasalahan kejahatan satwa liar ada disitu. Seharusnya pemerintah “sehat” dulu (bebas korupsi, Red.) dan kedua, tindak tegas penjahat-penjahat agar ada efek jera. Jadi orang berpikir seribu kali untuk menyakiti satwa liar atau hewan,” ujar pendiri Garda Satwa Indonesia ini.
BACA JUGA: Bisnis “Hijau” Model Kembar Asia’s Next Top Model 5 Vali – Vera
Atas pernyataan Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan kepada Uni Eropa yang berniat berhenti memakai kelapa sawit untuk biofuel dengan mengatakan “Kalian hanya memikirkan orangutan, rakyat kami juga membutuhkan kehidupan layak,” Davina mengatakan seharusnya seorang pemimpin bisa bijaksana.
Menurut Davina, mengeksploitasi alam adalah hal yang salah. Pemangku kepentingan atau orang-orang yang memiliki kuasa seringkali melanggar batasan lahan yang telah ditetapkan sebagai hutan produksi dan hutan konservasi sehingga habitat satwa liar terus terdesak.
“Kelapa sawit itu tidak salah. Jangan lupa bahwa kelapa sawit itu ada di kehidupan kita, ada di pasta gigi, sabun, mentega, bahkan make up. Tapi karena terlalu serakah dan mempunyai kekuasaan untuk menguasai hutan yang tadinya untuk konservasi dijadikan hutan produksi, kan ini salah. Jadi yang salah, ya, manusianya karena alam menyediakan apa yang kita butuhkan tapi alam tidak bisa menyokong keserakahan manusia ada, batasnya juga. Seperti kutipan dari Mahatma Gandhi “The world has enough for everyone’s needs, but not everyone’s greed”,” katanya.
Penulis: Dewi Purningsih