Mendirikan label tekstil Sejauh Mata Memandang menjadi pilihan Chitra Subyakto untuk membawa keindahan alam dan esensi budaya Indonesia melalui fashion. Label tekstil ini tidak hanya memiliki corak yang indah, tetapi kini dikenal sebagai merek yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Chitra memulai mengekspresikan kreativitasnya pada Sejauh Mata Memandang pada tahun 2014. Ia terinspirasi dari para nenek moyang yang sering mengenakan kain.
Melalui Sejauh Mata Memandang, Chitra membuat berbagai pakaian sehari-hari dengan sentuhan motif khas nusantara. Karya-karyanya kini mencerminkan esensi berbagai tradisi Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, Sejauh Mata Memandang menjadi lebih dari sekadar label tekstil. Label tersebut lebih bertanggung jawab dan berkontribusi positif terhadap lingkungan. Komitmen ini Chitra bentuk pada tahun 2018 ketika dirinya menyadari bahaya krisis iklim.
BACA JUGA: Eathink Ajak Konsumen Lebih Bijak Pilih Makanan
“Salah satu yang berkesan itu ada ikan paus yang mati dan itu isinya plastik semua. Dari situ saya menyadari bahwa kita semua belum tahu dan sadar akan isu-isu ini. Saya juga saat itu baru tahu bahwa plastik itu enggak bisa hancur,” kata Chitra kepada Greeners melalui sambungan teleponnya.
Chitra yang merupakan seorang penyayang binatang sangat terharu mendengar kabar tersebut. Dirinya pun terus mencari informasi mengenai isu-isu lingkungan, termasuk plastik dan perubahan iklim. Akhirnya ia semakin terpacu untuk melakukan aksi lingkungan melalui bisnisnya.
Sejauh Menjunjung Tinggi Keindahan dan Kearifan Alam
Sosok perempuan yang berprofesi sebagai perancang busana itu, kini telah membawa Sejauh Mata Memandang menjadi label tekstil yang senantiasa berkreasi dengan menghormati bumi, memuliakan tradisi, dan merawat manusia.
Kini, Sejauh menjadi salah satu label tekstil yang menghadirkan koleksi pakaian seperti kebaya, kain, atasan, outer, rok, dan produk-produk lainnya yang dapat dipakai sehari-hari. Motif itu telah didesain dengan minimalis dipadukan dengan esensi nusantara.
Sejauh memiliki visi untuk menjunjung tinggi keindahan dan kearifan alam. Chitra membawa hubungan mendalam Sejauh dengan lingkungan. Hal itu mendorong mereka untuk melindungi dan melestarikannya untuk generasi mendatang. Visi itu Chitra jalankan bersama Sejauh dengan mengadopsi praktik-praktik yang merangkul dan menghormati esensi alam.
BACA JUGA: Altereco Gerakkan Aksi Pelestarian Lingkungan di Pulau Lombok
Saat ini, Sejauh memiliki lima pilar untuk lebih bertanggung jawab dan harmonis terhadap lingkungan. Di antaranya sirkularitas, transparasi dan ketertelusuran, rantai pasok beretika, memberi kembali, dan aksi iklim.
Berdasarkan laporan oleh Sejauh, sejak September 2021 hingga Mei 2023 sebanyak 5.700 kilogram pakaian terkumpul dalam program daur ulang Sejauh. Lebih dari 2.400 kilogram telah didaur ulang menjadi benang dan bahan insulasi.
Sejauh juga memanfaatkan sisa bahan produksi membuat koleksi pakaian, masker, tas, dan topi dengan menggunakan teknik patchwork. Secara konsisten Sejauh menggunakan bahan baku lebih ramah lingkungan seperti katun organik, rami, linen, dan serat daur ulang, serta pewarna bersertifikat seperti OEKO-TEX STANDARD 100.
Chitra Subyakto Bawa Perubahan dalam Fashion
Di tengah maraknya fast fashion dan limbah pakaian yang terus meningkat, Chitra Subyakto hadir untuk membawa perubahan yang lebih bertanggung jawab pada industri fesyen. Komitmen Chitra terhadap Sejauh ini telah mengubah tren fesyen menjadi lebih berkelanjutan.
Pada bisnisnya ini, ada banyak program yang Chitra buat bersama tim Sejauh untuk mendukung kelestarian lingkungan. Misalnya, daur ulang pakaian, menanam pohon, hingga kampanye isu lingkungan melalui pameran.
“Jadi, kami akan pakai perca-perca sisa kain, lalu kami buat menjadi baju, tas, atau benda lain. Kami juga membuat pameran khusus tentang pengolahan sampah. Kami bikin dropbox supaya orang-orang bisa mengumpulkan sampahnya di dropbox itu yang nantinya akan diolah dengan mitra kami,” ungkap Chitra.
Bagi Chitra, pameran adalah sebuah platform yang bisa menjembatani kominukasi tentang isu-isu lingkungan kepada banyak orang. Misalnya, pameran “Laut Kita” menjadi salah satu pameran pertama yang Sejauh Mata Memandang buat untuk mendorong orang-orang lebih peduli terhadap kelestarian laut.
Pada pameran itu, mereka menampilkan botol-botol plastik, lalu gambar ikan tercekik plastik. Pameran dengan konsep seperti ini akan menjadi pusat perhatian dan membuat para pengunjung menjadi berpikir bahwa kondisi laut di Indonesia sedang terancam.
Melalui pameran, Chitra bisa menyampaikan pesan dengan cara yang lebih menarik dan kreatif. Menurutnya, dengan adanya pameran ini, pengunjung bisa datang untuk melihat, membaca, bahkan bervisualisasi terhadap instalasi maupun gambar-gambar yang mereka lihat.
“Maka dari itu, kami membuat pameran juga membuat cerita yang menarik orang. Supaya mereka bisa membaca informasinya. Mereka pun mendapatkan pesannya sekaligus pemeran ini menjadi pengingat untuk mereka,” kata Chitra.
Selain itu, setiap ada pembelian satu pakaian oleh konsumen, Sejauh akan menanam satu pohon di Kawasan Konservasi Leuser, Aceh Timur. Penanaman ini merupakan kerja sama dengan Yayasan Haka untuk merestorasi hutan.
Gaya Hidup Berubah Menjadi Lebih Baik
Bagi Chitra, berkontribusi untuk melestarikan lingkungan bukanlah suatu pilihan, namun baginya sudah menjadi kewajiban. Menurut Chitra, setiap orang harus berpikir dua kali sebelum mengambil tindakan agar tidak berdampak terhadap lingkungan.
“Terutama bagi suatu bisnis, sudah saatnya membuat produk secara sirkular, bukan lagi linear. Aku selalu bilang, the future is sircular, artinya masa depan kita itu adalah sirkular,” imbuh Chitra.
Setelah mengetahui kondisi bumi mulai kritis, Chitra tak hanya mengubah bisnisnya menjadi lebih sirkular. Namun, gaya hidupnya semakin berubah menjadi lebih ramah lingkungan.
Misalnya, membawa wadah guna ulang kini sudah menjadi kebutuhan baginya. Ia juga mulai mengurangi membeli makanan sachet ketika mengetahui bahwa kemasan plastik merupakan ancaman terhadap lingkungan.
“Pas aku tahu sachet itu materialnya enggak bisa didaur ulang, aku langsung berhenti untuk membawa camilan kaya permen, cok3lat yang dibungkus sachet. Itu adalah hal sederhana. Terus aku selalu berusaha membawa kantong belanja sendiri, kalau lupa rasanya itu kaya kesel banget,” ucapnya.
Chitra Subyakto berpesan, kini semua orang bisa menjadi bagian dari solusi, bukannya membuat polusi. Ia mengatakan, semua pihak harus bersama-sama berpartisipasi dalam mengatasi krisis iklim sesuai peran masing-masing.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia