Penulis Krista Endinda meluncurkan buku “Induk Macan” untuk memberikan perspektif baru tentang parenting yang sejalan dengan budaya Indonesia. Hal itu sejalan dengan tren parenting yang terus berevolusi dan terpengaruh media sosial yang eksponensial.
Sang penulis terinspirasi dari pengamatannya terhadap tren yang terjadi pada pola pengasuhan anak di Indonesia. Penulis yang kerap disapa Dinda ini ingin memberi panduan bagi orang tua Indonesia yang ingin menggabungkan sisi terbaik dari kedua budaya yang berbeda dalam membesarkan anak.
Dalam mendidik anak, orang tua perlu mempelajari ilmu parenting. Buku “Induk Macan” ini mengemas sebuah tulisan tentang membesarkan anak dengan tetap menghargai tradisi budaya timur. Selain itu, buku ini juga mengambil esensi penting dari gaya parenting budaya barat.
“Saya ingin meluruskan persepsi yang akhir-akhir ini umum terjadi bahwa mengadopsi gaya parenting barat akan menjadikan kita sebagai orang tua yang lebih baik,” ungkap Dinda.
BACA JUGA: Acil Bimbo Pertahankan Nilai Budaya Lewat Gerakan Jaga Lembur
Dinda menambahkan, sebagai orang tua pun harus lebih mawas diri dan berpikir lebih jauh. Sebab, saat ini banyak orang menganggap tren budaya barat lebih superior. Sehingga, hal itu bisa menjadi patokan.
“Padahal, ikut-ikutan budaya barat tanpa menyaring dahulu berpotensi menimbulkan konflik pada diri kita yang berbudaya timur,” tambah Dinda.
Melalui “Induk Macan”, Dinda ingin mengajak orang tua Indonesia untuk membina hubungan harmonis dengan anak-anak. Hal itu juga perlu dilakukan sambil tetap berakar pada identitas budaya mereka.
Orang Tua Tidak Perlu Meninggalkan Tradisi
Pesan utama yang ingin Dinda sampaikan adalah orang tua yang berbudaya timur tidak perlu melawan atau meninggalkan tradisi hanya karena paham baru di dunia parenting.
Misalnya, kebiasaan timur yang memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan bapak. Kemudian, kebiasaan lainnya seperti “salim” kepada orang yang lebih tua. Orang timur memang sangat menjunjung hierarki sosial.
BACA JUGA: Rahmat Suprihat, Cetak “Generasi Berkeringat” dengan Kayuh Sepeda
Tradisi tersebut berlawanan dengan budaya barat yang mungkin terbiasa dengan memanggil nama. Bahkan, kebiasaan tersebut dilakukan kepada orang yang lebih tua. Contoh tersebut menunjukkan bahwa kedua budaya antara budaya orang timur dan barat sangatlah berbeda.
Oleh karena itu, jika orang tua menanamkan anak dengan budaya barat yang jelas berlawanan tentu akan terjadi clash. Buku “Induk Macan” membahas secara mendalam tentang gaya parenting barat dan timur.
Adanya Kekeliruan Praktik Gentle Parenting
Kebutuhan akan “Induk Macan” tampak jelas ketika orang tua Indonesia sering kali berjuang dengan penafsiran yang keliru tentang praktik gentle parenting yang mereka temui melalui media sosial. Penafsiran yang keliru ini tanpa disadari dapat mengarah pada pengadopsian gaya parenting yang tidak sesuai dengan norma budaya.
Hal inilah yang diperjuangkan Dinda dalam buku “Induk Macan”, supaya orang tua di Indonesia merasa lebih tenang dan tidak perlu khawatir melakukan kesalahan.
Buku “Induk Macan” telah memberikan pandangan parenting yang modern karena memperjuangkan perpaduan wawasan parenting global dan kebijaksanaan lokal. Itu sebagai pengingat bahwa merangkul identitas budaya timur tetap dapat meningkatkan kualitas pengasuhan, memupuk ketahanan budaya, serta memupuk ikatan yang kuat antara orang tua dan anak.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia