Sobat Greeners, kali ini Greeners mengajak Anda untuk melihat isi lemari dan merefleksikan bahan pakaian yang ada di dalamnya. Dari jajaran busana yang Anda miliki, pakah Anda tahu bahan pakaian apa yang memiliki dampak terburuk? Simak artikel berikut ini.
Apakah Anda tahu seberapa besar pengaruh sampah busana bagi lingkungan?
Alice Wilby, konsultan mode berkelanjutan dan juru bicara Extinction Rebellion – sebuah kelompok kampanye yang menuntut pemerintah mengambil tindakan segera terhadap perubahan iklim – mengatakan kepada The Independent; sampah pakaian perlahan-lahan meracuni bumi dan mencemari saluran air dengan serat mikronya, serta berkontribusi pada emisi metana. Jadi, apa yang bisa kita (sebagai konsumen) lakukan untuk mengubahnya?
Salah satu cara paling efektif untuk peduli terhadap planet ini adalah dengan memilih bahan pakaian yang berkelanjutan. Namun, mengingat bahwa semua serat konvensional memiliki dampak lingkungan dan sosial yang berbeda-beda; kita jadi kesulitan untuk mengetahui bahan mana yang harus kita pakai. Sementara kita harus mengenal bahan sandang dengan dampak terburuk untuk menghindari pemakaian bahan tersebut.
Wilby menjelaskan bahwa ada banyak faktor yang memengaruhi kredensial keberlanjutan suatu kain, termasuk keperluan akan berapa banyak air atau energi untuk menghasilkan pakaian tersebut, di mana produksinya, dan bagaimana produksinya memengaruhi keanekaragaman hayati.
Mengenal Bahan Pakaian dengan Dampak Terburuk lewat Five Goods Cradle to Cradle
Untuk membuat keputusan yang lebih tepat, Fashion For Good – platform global untuk inovasi mode berkelanjutan – merekomendasikan cara menilai dampak bahan berdasarkan konsep “Five Goods Cradle-to-Cradle” yang melihat bagaimana keberlanjutan terintegrasi di seluruh bagian rantai pasokan barang atau produk. Mulai dari:
- Good Materials: aman, sehat, dan rancangannya memang untuk digunakan kembali dan dapat mendaur ulang bahannya. Bahan dapat kembali ke biosfer dalam bentuk kompos atau nutrisi lain, yang menunjang pembuatan bahan baru berikutnya.
- Good Economy – bisnis yang bertumbuh, sirkular, dan bermanfaat bagi semua orang.
- Good Energy – menggunakan sumber energi bersih dan terbarukan. Pengurangan emisi CO2 dalam proses pra, produksi, dan pasca produksi.
- Good Water – pengurangan konsumsi H2O atau air, bersih dan tersedia untuk semua.
- Good Lives – kondisi hidup dan kerja yang aman, adil, dan bermartabat. Memberikan upah yang layak dan pelatihan pemberdayaan bagi pekerjanya.
Untuk membantu Anda mengurangi dampak fesyen terhadap lingkungan, tentu Anda harus mengenal bahan sandang dengan dampak terburuk, bukan? Ini dia penjelasan mengenai berbagai macam kain dengan bantuan sejumlah pakar industri.
Mengenal Bahan Pakaian dengan Dampak Terburuk bagi lingkungan: Kapas, sintetis, dan bahan turunan hewani
Bahan pakaian dengan dampak terburuk: Kapas
Meskipun kapas adalah serat alami yang dapat terurai di akhir masa pakainya, kapas juga merupakan salah satu tanaman yang paling ‘banyak menuntut’.
Wilby menjelaskan bahwa kapas sangat boros air untuk budidaya dan prosesnya. Ia menghabiskan antara 10.000 sampai 20.000 galon air untuk membuat satu celana jeans dan menambah 3.000 galon air lagi untuk membuat sebuah kaus.
Konsultan mode menambahkan bahwa pertanian kapas juga menggunakan pestisida tingkat tinggi dan bahan kimia beracun yang meresap ke dalam tanah dan pasokan air.
“Kapas menjadi tanaman yang mendatangkan malapetaka bagi manusia dan planet; bahkan sebelum menjadi pakaian,” kata Wilby.
Menurut Fashion For Good, produksi kapas konvensional menyumbang seperenam dari semua pestisida yang terpakai secara global; berdampak pada petani dan komunitas lokal dengan bahan kimia berbahaya. Klaim ini didukung dengan data dari Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO), yang menunjukkan bahwa di negara berkembang; sekitar 20.000 orang meninggal karena kanker dan mengalami keguguran akibat semprotan bahan kimia pada kapas konvensional.
Bahan pakaian dengan dampak terburuk: Sintetis (Poliester, Nilon, dan Akrilik)
Laura Balmond, project manager Make Fashion Circular di badan amal lingkungan Ellen MacArthur Foundation (EMF), menyatakan bahwa kain sintetis biasanya diproduksi dari minyak dan menyumbang 63 persen dari input material untuk produksi tekstil.
Bahan yang paling umum di sektor ini adalah poliester (55 persen), diikuti nilon (lima persen), dan akrilik (dua persen).
Meskipun serat berbasis plastik tidak membutuhkan lahan pertanian dan menggunakan sedikit air dalam produksi dan pemrosesannya, serat tersebut tetap berdampak negatif terhadap lingkungan.
Tidak hanya sintetis yang tidak dapat terurai secara hayati; bahan-bahan ini juga bergantung pada industri petrokimia untuk bahan bakunya. Ini berarti bahan pokok industri fesyen sintetis bergantung pada ekstraksi bahan bakar fosil.
Tak hanya memberi pengaruh buruk selama ekstraksi, pembuatan dan pengiriman pakaian berbahan sintetis; “penggunaan bahan bakar fosil membawa serta masalah dan kerugian lainnya; termasuk tumpahan minyak, emisi metana dan gangguan satwa liar serta hilangnya keanekaragaman hayati,” kata Wilby.
Bahan pakaian dengan dampak terburuk: Bahan turunan hewan (Wol, kulit dan bulu)
Menurut Balmond, serat berbasis protein seperti wol menyumbang kurang dari dua persen dari semua serat yang digunakan. Jika produksinya tidak menggunakan atau mempertahankan zat yang menjadi perhatian, serat tersebut dapat terurai dengan aman.
Namun, bahan seperti kulit bertanggung jawab atas keluaran metana yang sangat besar yang menurut Wilby jarang tercatat ketika membahas pembuatan kain yang berkelanjutan.
Metana setidaknya 20 kali lebih kuat dari gas rumah kaca sebagai CO2 dan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations’ Food and Agriculture Organisation (FAO) memperkirakan bahwa peternakan bertanggung jawab atas sekitar 14,5 persen dari emisi gas rumah kaca dunia.
Selain jejak karbon yang terkait dengan pemeliharaan ternak dan pengangkutan material, dampak pada ternak dan pekerja di industri kulit sangat besar.
Extinction Rebellion menyatakan bahwa satu miliar hewan dibunuh untuk diambil kulitnya setiap tahun, sementara 85 persen kulit untuk pembuatan produk di dunia disamak dengan kromium, zat yang sangat beracun dan sering membuat pekerja penyamakan kulit hewan menderita kanker dan memengaruhi kondisi kulit.
Balmond menambahkan bahwa bahan kimia beracun sering digunakan untuk mengawetkan wol dan bulu; yang jika tidak dikelola dengan baik atau dibuang begitu saja, dapat mencemari saluran air. Sehingga menyebabkan polusi yang merusak dan memengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal di sepanjang tepian sungai.
Kain terbaik untuk lingkungan: bahan daur ulang, selulosa buatan manusia dan serat kulit kayu
Kain daur ulang
Agar benar-benar ramah lingkungan, Extinction Rebellion percaya bahwa industri fesyen perlu berhenti menggunakan sumber daya murni atau virgin untuk membuat bahan baru dan sebaliknya menggunakan dan melakukan upcycling dari apa yang kita miliki.
Saat ini, sudah ada gerakan untuk memanfaatkan wol, kapas, dan kain sintetis daur ulang untuk berbagai desain fesyen. Misalnya, poliester daur ulang – alternatif yang lebih ramah lingkungan dari poliester murni – menggunakan hanya setengah energi daripada bahan murninya untuk mengurangi plastik dari timbunan sampah.
Namun, perlu dicatat bahwa poliester daur ulang masih bisa mencemari lingkungan dengan serat mikro. Jadi Wilby menyarankan untuk menggunakan washing bag yang dapat mencegah polusi mikroplastik ketika mencuci bahan sintetis daur ulang. Ini bisa mengurangi pelepasan serat dan dapat menyaringnya.
Serat selulosa buatan manusia
Serat berbasis selulosa mengacu pada yang diperoleh dari bahan nabati, kata Balmond.
Bahan ini dapat diekstraksi langsung dari tumbuhan, seperti kapas, atau diolah secara kimiawi untuk mengekstraksi dan memproses selulosa. Jika diproduksi tanpa menggunakan atau mempertahankan zat yang menjadi perhatian, serat berbasis selulosa dapat terurai dengan aman.
Merek fesyen Mother of Pearl menggunakan Tencel – serat yang berasal dari bahan baku kayu terbarukan dan dibuat dengan fotosintesis.
Extinction Rebellion juga memuji alternatif biodegradable seperti Pinatex yang merupakan produk sampingan dari industri nanas.
Serat kulit kayu
Serat kulit kayu adalah serat yang bersumber dari tumbuhan dengan batang yang terdiri dari inti berkayu dan kulit kayu berserat, seperti rami atau jelatang.
Fashion For Good mengatakan bahan-bahan ini sangat menarik karena meninggalkan jejak yang kecil daripada serat alami lainnya, konsumsi air yang rendah, dan tahan banting terhadap hama dan penyakit.
Extinction Rebellion mengklaim bahwa rami adalah salah satu alternatif terbaik untuk kapas karena menggunakan lebih sedikit air, dapat ditanam di banyak lingkungan berbeda di seluruh dunia, tumbuh subur tanpa perlu pestisida dan berkontribusi sekitar setengah dari jejak karbon kapas.
Meningkatkan Keberlanjutan dari Lemari Anda
Selain berinvestasi pada kain yang tepat, ada banyak cara agar kita semua dapat meningkatkan peringkat keberlanjutan lemari kita. Berikut lima kiat teratas dari para ahli:
- Pakai lebih banyak, membuang lebih sedikit: Lain kali jika ingin membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri: “berapa kali Saya akan memakai ini?” Menurut Fashion For Good, dengan mengenakan pakaian Anda selama lebih dari sembilan bulan, Anda dapat mengurangi penggunaan limbah dan air hingga 20-30 persen.
- Pencucian cepat dan dingin: Mencuci pakaian dengan air dingin dan putaran yang cepat menggunakan setengah energi dari mencuci dengan air hangat. Dengan cara ini pula Anda dapat menghemat karbon yang setara dengan mengemudi sejauh 123 km selama setahun.
- Merawat pakaian Anda akan membuatnya bertahan lebih lama, dan mengurangi dampak lingkungan yang timbul karenanya.
- Daur ulang: Anda tidak boleh membuang pakaian yang tidak lagi Anda inginkan ke tempat sampah. Tidak peduli seberapa usang dan tipis pakaian Anda, atau tidak lagi Anda suka. Semua tekstil dapat berguna kembali dengan mendaur ulangnya supaya ia memiliki potensi kehidupan kedua.
Jika Anda tidak lagi menggunakan pakaian Anda, selalu masukkan ke dalam pengumpulan barang daur ulang.
- Berhenti berbelanja: Extinction Rebellion mengatakan bahwa mendorong lebih banyak konsumsi hanya akan memperburuk jejak lingkungan dari industri mode. Jadi hal pertama yang perlu Anda lakukan untuk meningkatkan keberlanjutan adalah berhenti berbelanja dan ‘akur’ dengan pakaian yang sudah Anda miliki.
Baca juga: Belajar dari Kota Prato, Pusat Daur Ulang Pakaian di Italia
Anda dapat melihat kampanye WRAP’s Love Your Clothes untuk mendapatkan lebih banyak tip, termasuk cara memperbaiki kesalahan umum yang sering muncul seiring bertambahnya usia pakaian Anda; seperti mengganti ritsleting di jaket favorit Anda.
Penulis: Agnes Marpaung.
Sumber: